Masuk Daftar
My Getplus

Peran Bung Karno Temukan Makam Imam Bukhari

Sumber arsip Deplu RI memuat keterangan perjalanan ziarah Presiden Sukarno ke makam Imam Bukhari di Samarkand.

Oleh: Sigit Aris Prasetyo | 28 Mar 2021
Penulis berkunjung ke kompleks Memorial Imam Bukhari di Uzbekistan tahun 2016. (Dok. pribadi).

SALAH satu kebiasaan unik Sukarno saat berkunjung ke luar negeri yaitu melakukan ziarah di pusara tokoh-tokoh dunia, termasuk para tokoh dan ulama besar Islam. Selain pernah berziarah di makam Nabi Muhammad tahun 1955, Bung Karno pernah berziarah di makam Salahudi Ayubi, Syekh Abdul Qadir Al-jaelani, dan beberapa tokoh Islam lainnya.

Beberapa sumber menyebut kalau Bung Karno menemukan dan juga menziarahi makam Imam Bukhari (1956) yang terletak di Uzbekistan (dulu bagian Uni Soviet). Disebutkan pula kalau Sukarno minta Nikita Khrushchev untuk menemukan makam sang perawi hadis sebagai prasarat kunjungan ke Soviet.

Apakah Bung Karno pernah berziarah di makamnya Imam Bukhari?

Advertising
Advertising

Ada beberapa pihak yang meragukannya. Banyak yang ragu kronologinya “enggak nyambung”. Tidak ada literasi resmi yang mengulas peristiwa tersebut. Selain itu, mereka juga berargumentasi jika tokoh yang paling berkuasa di Moskow saat Sukarno berkunjung pada tahun 1956 adalah Presiden Voroshilov dan PM Bulganin, bukan Nikita Khrushchev.

Baca juga: Sukarno: Uzbekistan Jauh di Mata Dekat di Hati

Terlepas dari kontroversi ini, Sukarno memang pernah berkunjung ke Samarkand, tepatnya tanggal 6 September 1956. Berdasarkan jadwal acara kunjungan, Bung Karno berangkat dari Tashkent menuju Kota Samarkand dengan pesawat. Tepat pukul 06.50 pagi waktu setempat, pesawat yang ditumpanginya mendarat.

Selama di Samarkand, Sukarno hanya punya satu agenda, yaitu mengunjungi tempat bersejarah di kota itu, sebagaimana tertulis dalam susunan acara kegiatan yang disusun Departemen Luar Negeri Indonesia. Tidak ada keterangan lebih rinci soal tujuannya, namun alokasi waktu kunjungan itu hanya tiga jam, dari pukul 07.30 hingga 10.30. Setelahnya, Sukarno meninggalkan Samarkand menuju Kota Baku, Azerbaijan, menggunakan jalur udara.

Baca juga: Masjid Sukarno di Rusia

Apakah Sukarno benar-benar mengunjungi makam Imam Bukhari tanggal 6 September itu? Dan, apakah waktu kurang lebih tiga jam di Samarkand khusus digunakan Sukarno menziarahi makam sang perawi hadis?

Terlepas dari beberapa narasi yang meragukan momentum penemuan makam tersebut, yang jelas hingga kini tak sedikit warga Uzbekistan yakin bahwa benar Sukarno-lah yang menemukan makam Imam Bukhari. Mereka percaya Sukarno benar-benar singgah ke makam Sang Imam, yang saat itu masih tersembunyi di tengah-tengah perkebunan kapas dan tidak terurus.

Sebelum itu, tak ada warga sekitar lokasi perkebunan yang menyadari keberadaan makam sang perawi hadis. Maklum, pada era di mana Uni Soviet yang berideologi komunis berkuasa, hal-hal berbau keagamaan dilarang keras, karena dianggap bertentangan dengan ideologi negara. Rakyat Uzbekistan kala itu harus berpikir seribu kali sebelum menjalankan ritual agama secara bebas dan terbuka.

Penulis di kompleks Memorial Imam Bukhari di Uzbekistan tahun 2016. (Dok. pribadi).

Eren Tasar, sejarawan Asia Tengah, dalam tulisannya berjudul Soviet and Moslem: The Institutionalization of Islam in Central Asia, 1943–1991, juga menyinggung keberadaan Sukarno di Samarkand. Menurut versinya, Sukarno menuntut para pembesar Uni Soviet agar diizinkan mengunjungi makam Imam Bukhari saat kunjungannya tahun 1950-an.

Saat itu, keberadaan makam Imam Bukhari belum diketahui, bahkan oleh warga Samarkand sendiri. Awalnya, makam itu tidak ada batu nisannya. Para pejabat komunis Uzbekistan, atas perintah pejabat tinggi Uni Soviet, akhirnya memugarnya dengan sederhana. Para pekerja dikerahkan membangun jalan aspal yang rencananya akan dilalui Sukarno menuju makam Sang Imam. Meski demikian, pemerintah Uni Soviet tidak mempublikasikan keberadaan makam ini pasca kunjungan Sukarno.

Baca juga: Kunjungan Sukarno ke Bulgaria

Menurut pandangan penulis, kunjungan Sukarno ke makam Imam Bukhari sebenarnya bukan hal yang mustahil –bahkan sangat mungkin. Sukarno memang benar-benar menginjakkan kakinya di Kota Samarkand sebagaimana tertulis dalam jadwal kunjungan yang disusun Departemen Luar Negeri Indonesia. Dalam catatan arsip yang disimpan otoritas Uni Soviet pun, Sukarno dikabarkan menuju Samarkand. Keterangan lebih lanjut menyebut kalau Sukarno mengunjungi sebuah madrasah kuno, Registan Square, yang ada di jantung Kota Samarkand.

Registan Square merupakan kompleks bangunan tua yang dibangun pada masa Dinasti Timurid. Di dalamnya terdapat tiga bangunan madrasah; Ulugh Beg Madrasah (1417–1420), Sher-Dor Madrasah (1619–1636), dan Tilya-Kori Madrasah (1646–1660). Setelah mengunjungi tempat tersebut, Sukarno dikabarkan mengunjungi sebuah monumen –guest visiting the monuments– tanpa keterangan lebih lanjut. Bisa jadi monumen yang dimaksud adalah makam Imam Bukhari.

 

Penulis bersama Makhsud Muhamad, imam masjid Imam Bukhari, di pusara Imam Bukhari di Uzbekistan tahun 2016. (Dok. pribadi).

Sukarno sendiri sudah lama mengenal eksistensi dan jasa-jasa Imam Bukhari. Ia juga sangat terinspirasi oleh Sang Imam. Saat tinggal di pengasingan Pulau Ende, tahun 1930-an, ia mempelajari sejarah Islam dengan sungguh-sungguh, termasuk mempelajari riwayat hidup dan hadis-hadis Imam Bukhari dan Muslim.

“Saya perlu kepada Bukhari atau Muslim itu, karena di situlah dihimpunkan hadis-hadis yang dinamakan sahih,” kata Sukarno. Sebagai penghormatan terhadap jasa-jasa Imam Bukhari, wajar jika Sukarno ingin ziarah saat di Samarkand –sebagaimana kebiasaannya ketika mengunjungi makam-makam tokoh-tokoh besar.

Kunjungan Sukarno ke Samarkand sepertinya memang bukan kunjungan biasa. Sebab, secara geografis maupun politis, kota ini tidak menonjol. Ia tidak terlalu besar, tidak ada pusat industri strategis, dan jauh dari Tashkent, ibu kota Uzbekistan saat itu. Jaraknya sekitar 305 kilometer. Samarkand tidak akan memberikan keuntungan politis dalam agenda diplomasi Sukarno. Tapi, kemauan Sukarno untuk mengunjunginya sangatlah kuat. Lalu, apa tujuannya? Ya, bisa jadi lantaran itu tadi; kemungkinan untuk berziarah ke makam tokoh besar yang diyakini banyak orang sebagai makam Imam Bukhari.

Baca juga: Kunjungan Sukarno ke Maroko

Beberapa tahun setelah kunjungan Sukarno, seorang mufti Suriah, Dr. Abu Al-Yuser Abidin, diceritakan juga meminta agar bisa ziarah ke makam Imam Bukhari saat berada di Samarkand. Peristiwa ini berlangsung tahun 1958. Otoritas setempat sempat kebingungan saat mendengar permintaan tersebut. Mereka berupaya mencegahnya. “Kami melakukan apapun untuk mengubah keinginan mufti tersebut,” kata salah satu otoritas yang tidak disebutkan namanya.

Mereka berdalih jalan menuju makam rusak berat dan tidak dapat dilalui oleh kendaraan apapun. Namun, Sang Mufti bergeming. Ia memaksa agar diizinkan ziarah. Dia menangis dan menunjukkan kemarahannya sambil berkata, “Saya akan berjalan sendiri jika memang harus demikian. Saya tidak akan pulang hingga saya mengunjungi makam Imam Bukhari.” Akhirnya, otoritas setempat dengan berat hati mengizinkan. “Saat itu, kami menyerah dan menuruti keinginannya,” kata otoritas Uzbekistan.

Terlepas benar-tidaknya klaim bahwa Sukarno berjasa menemukan makam Imam Bukhari, yang jelas, Sukarno telah menjadi bagian sejarah Uzbekistan. Nama Sukarno yang diucapkan dengan lafal “Zu Karnu” hingga kini masih diingat oleh orang-orang Uzbek. Jejak-jejaknya di Samarkand, khususnya di makam Imam Bukhari, diingat hingga kini. Penulis pernah berkunjung ke makam tersebut pada tahun 2016. Saat berada di kompleks makam, penulis masih merasakan keagungan dan jejak-jejak Bung Karno.

*Penulis adalah diplomat di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.

TAG

sukarno makam imam bukhari uzbekistan

ARTIKEL TERKAIT

Supersemar Supersamar Menengok Tradisi Sadran di Dua Desa Yang Tersisa dari Saksi Bisu Romusha di Bayah Kemaritiman Era Sukarno Obrolan Tak Nyambung Sukarno dengan Eisenhower D.I. Pandjaitan Dimarahi Bung Karno Anak Presiden Main Band Pengawal-pengawal Terakhir Sukarno* Membidik Nyawa Presiden Sukarno Mengenal Lebih Dekat Beladiri Kurash