Salon Kitty, Tempat Prostitusi dan Sumber Informasi Nazi
Sebuah salon yang didirikan badan intelijen Nazi untuk tempat prostitusi kelas atas sekaligus tempat mendapatkan informasi penting.
Penemuan mayat perempuan di Kelurahan Dulomo Selatan, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo pada Rabu, 2 Oktober 2019 menghebohkan warga setempat. Perempuan yang bersimbah darah tak bernyawa itu ditemukan tergeletak di pinggir Jalan Brigjen Piola Isa.
Polres Gorontalo kemudian menyebutkan identitas korban bernama Rosita Hulalata. Selang beberapa jam kemudian, polisi berhasil menangkap pembunuhnya, Oyong Tongkono, yang tak lain merupakan suami korban. Menurut Kapolres Gorontalo Kota AKBP Robin Lumban Raja, Oyong membunuh Rosita lantaran marah karena istrinya kembali bekerja di sebuah salon plus-plus.
“Pelaku ini pernah memperingatkan korban agar jangan kembali kerja di salon itu karena menilai pekerjaannya tidak layak. Pelaku mengindikasikan pekerjaan di salon itu memberi pelayanan lebih ke para pelanggannya,” ujar Robin sebagaimana diberitakan okezone.com, 3 Oktober 2019.
Salon plus-plus –salon yang memberikan layanan salon plus seksual kepada para pelanggannya– menjamur di berbagai kota tanah air sejak beberapa tahun silam. Ia merupakan bentuk prostitusi dengan selubung salon. Keberadaannya sering meresahkan warga sekitar lantaran berada di lingkungan masyarakat, dan merepotkan aparat kepolisian yang berupaya menindaknya.
Kendati popularitasnya di Indonesia belum lama, eksistensi salon plus-plus di berbagai belahan dunia telah lama ada. Jerman-Nazi semasa Perang Dunia II bahkan sempat menggunakan sebuah salon plus-plus untuk mengorek informasi. Salon plus-plus itu bernama Salon Kitty.
Salon Kitty yang terletak di Giebachstreasse 11 Charlottenburg, Berlin itu awalnya merupakan rumah bordil kelas atas. Didirikan dan dijalankan oleh Katharina Zammit, populer sebagai Kitty Schmidt, pada awal 1932 –versi lain menyebut 1936, para pelanggan salon berasal dari kelas atas beragam latar belakang profesi, mulai pebisnis terkemuka, diplomat asing, petinggi militer, pejabat pemerintahan, hingga anggota senior Partai Nazi.
Ketika Nazi berkuasa di Jerman pada 1933, banyak orang Yahudi memilih keluar Jerman. Madame Kitty rutin mentransfer uang ke bank-bank Inggris untuk teman-teman Yahudinya yang mengungsi itu. Aktivitas amalnya itu akhirnya diketahui penguasa ketika pada 1939 dia ditangkap agen Sicherheits Dienst (SD), dinas intelijen Nazi, saat hendak menyeberang ke Belanda.
Setelah tertangkap, Kitty dibawa ke markas Gestapo. Di tempat itulah ia terlihat oleh Walter Schellenberg, orang kepercayaan Jenderal SS Reinhard Heydrich, kepala SD.
Baca juga: Perempuan Melawan Jerman
Heydrich merupakan veteran Angkatan Laut Jerman di Perang Dunia I yang lalu mengabdi di sayap militer Nazi Schutzstaffel (SS) pimpinan Heinrich Himmler. Kinerjanya yang mengesankan membuat Heydrich ditunjuk Himmler mengepalai SD dan ditugaskan untuk menyempurnakan dinas intelijen SS.
Penyempurnaan itu terkait erat dengan ketatnya persaingan antara dinas intelijen SS dengan Abwehr, dinas intelijen militer Jerman. Abwehr didirikan pada 1921 dan sejak 1935 dipimpin Laksamana Wilhelm Canaris. “Sejak awal harus selalu diingat bahwa Canaris dan mayoritas organisasinya –terutama Abwehr II, Hans Oster– dipastikan anti-Nazi,” tulis Terry Crowdy dalam The Enemy Within: Spies, Spymasters, and Espionage.
Canaris pernah merepotkan Heydrich dengan pernyataannya bahwa ras Arya Heydrich tak murni karena leluhurnya Yahudi. Pernyataan itu membuat Heydrich harus menjalani tiga kali sidang antara 1935-1937 untuk menyangkal tuduhan itu dan terpaksa mengganti nisan makam ibunya untuk menghilangkan jejak. “Hubungan Canaris dan Heydrich tampak dingin. Tidak ada yang bisa saling percaya. Keduanya saling menjaga dokumen,” tulis John Craig dalam Peculiar Liaisons in War, Espionage, and Terrorism in the Twentieth Century.
Baca juga: Agen Ganda
Persaingan itu membuat Heydrich terus berupaya menyempurnakan organisasi intelijen SS. Salah satu terobosan terpentingnya adalah pendirian Salon Kitty menggunakan rumah bordil Kitty Schmidt. “Misinya: Gunakan alkohol dan perempuan untuk merayu orang asing agar menumpahkan rahasia yang bisa membantu Nazi dan merayu orang Jerman agar mengungkapkan pendapat mereka yang sebenarnya tentang rezim Nazi,” tulis Kara Goldfarb dalam “Inside Salon Kitty – The Brothel Taken Over by Nazis and Used for Espionage” yang dimuat www.allthatsinteresting.com.
Heydrich menugaskan Schellenberg, yang berhasil menemui Kitty di markas Gestapo setelah penangkapan Kitty di perbatasan Belanda, untuk mendirikan Salon Kitty. Dengan ultimatum “kerjasama dengan Nazi atau dikirim ke kamp konsentrasi”, Schellenberg berhasil menggaet Kitty.
Kitty diperintahkan membuka salonnya seperti biasa, dengan dagangan berupa layanan, minuman, dan makanan kelas atas. Sebelum salon itu dibuka kembali, Schellenberg terlebih dahulu mempersiapkan semua hal untuk mendukung misi sang bos. “Di setiap ruangan (yang berjumlah 9, red.), para teknisi membuat dinding palsu di belakang tempat mikrofon dipasang. Melalui alat perekam otomatis, setiap kata yang diucapkan di rumah itu direkam dan dinilai untuk kemungkinan penggunaan pemerasan,” sambung Crowdy.
Schellenberg tak mau menyediakan perempuan penghibur di Salon Kitty lantaran menganggap agen-agen perempuannya terlalu berharga untuk dilacurkan. Urusan itu ditangani langsung Heydrich dengan menugaskan Kepala Kripo –Kriminal Polizei/Polisi Kriminal– Artur Nobe. Sebanyak 20 perempuan –yang kebanyakan tertipu karena mengira tugas yang akan dijalankan berupa pengabdian pada negeri– lalu terpilih untuk menjadi penghibur di Salon Kitty. Sebelum dipekerjakan, mereka terlebih dulu dilatih teknik dasar intelijen dan etiket pergaulan kelas atas. “Salon Kitty digunakan untuk memata-matai diplomat asing pro-Jerman dan juga para perwira Jerman sendiri,” tulis Richard Symanski dalam The Immoral Landscape: Female Prostitution in Western Societies.
Orang penting yang acap mengunjungi Salon Kitty antara lain Menteri Propaganda Joseph Goebbels. “Goebbels, misalnya, menikmati pertunjukan lesbian di Salon Kitty yang terkenal di Berlin,” tulis Jill Stephenson dalam Women in Nazi German. Dari kalangan militer, selain Jenderal Sepp Dietrich, yang sering mendatangi Salon Kitty adalah Heydrich sendiri. “Schellenberg menemukan Heydrich hanya memiliki satu kelemahan: ‘Nafsu seksualnya tak terkendali. Untuk urusan ini dia akan menyerahkan diri tanpa hambatan atau kehati-hatian’,” tulis Craig. Heydrich biasanya memerintahkan petugas mematikan semua alat perekam di Salon Kitty saat berkunjung.
Kasus paling terkenal orang asing yang menjadi korban di Salon Kitty adalah Galeazzo Ciano, menantu Mussolini sekaligus menteri luar negeri Italia. Dari kunjungannya ke salon itulah Nazi mengetahui dia anti-Nazi dan menentang aliansi Italia dengan Jerman. “Dia ditangkap Nazi, diadili karena pengkhianatan, dan dieksekusi pada Januari 1944,” tulis Craig.
Salon Kitty berhenti operasi pada Juli 1942 karena bombardir udara Sekutu. SD mengembalikannya pada Kitty Schmidt dengan pesan agar tutup mulut bila tak ingin merasakan pembalasan. Keberadaan Salon Kitty baru diketahui publik setelah Schellenberg menuliskannya dalam memoar berjudul The Labyrinthe, yang dibuatnya pasca-interogasi oleh personil intelijen Inggris usai perang. Pada 1976, Tinto Brass mengangkat kisah salon itu ke layar lebar lewat Salon Kitty.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar