Dari Merpati Putih untuk Gajah Putih
Thailand turut berbicara di cabang silat Asian Games 2018. Ikut mencuri medali berbekal silat warisan Mataram.
PENCAK silat memberi kebanggaan besar pada Indonesia di Asian Games 2018. Sebagai penyumbang terbesar medali emas, pencak silat menjadi “juara” di rumah sendiri.
Bukan hanya itu, olahraga beladiri asli Nusantara itu juga membanggakan lantaran semakin dikenal di kancah global. Para atlet Thailand, yang membawa pulang dua perak dan lima perunggu dari silat, empat di antaranya berasal dari Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong (PPS Betako) Merpati Putih (MP) asal Indonesia. Dua pelatihnya pun dari MP, Andy Zulkarnaen dan Ellvia Zahara.
Tak heran bila usai pertandingan keempat pesilat Thailand selalu memberi hormat sama seperti yang dilakukan 1300 pesilat MP ketika memecahkan rekor dunia MURI dalam bentuk mematahkan 1000 besi pompa serentak di Pusdiksi Zeni, Bogor, 10 Februari 2018: tangan kanan mengepal ke arah jantung dan tiga jari tangan kiri mereka terlipat sementara dua jari lain mengacung ke arah kening.
“Itu sikap hormat anggota. Maknanya, tangan kanan memegang sumpah. Sementara di tangan kiri, makna tiga jari itu kesatuan Triprasetya (tiga janji anggota MP) yang harus kita pegang teguh dan dua jari menandakan fokus kita terhadap janji anggota itu sendiri,” terang Nehemia Budi Setyawan, pewaris MP, kala ditemui Historia di kediamannya, Gunung Putri, Bogor.
Peninggalan Mataram Merambah Negeri Siam
Silat MP bersumber dari Raden Mas Rahmat, putra mahkota Kesultanan Mataram yang kemudian menjadi penguasa Kasunanan Kartasura bergelar Sri Susuhunan Amangkurat II (1677-1703). Mas Hemi, sapaan sang pewaris, membeberkan, silat tersebut dilestarikan turun-temurun di lingkup keluarga kesultanan.
Dari Amangkurat II, silat itu turun ke Nyi Ageng Joyorejoso (Grat III) yang lantas diturunkan lagi kepada tiga putranya: Gagak Handoko, Gagak Seto, dan Gagak Samudro. Kitab Galenganing Jagad mengungkapkan, ilmu beladiri dan kanuragan warisan Amangkurat II ini lalu dipegang Gagak Handoko. Meski tetap mewarisi ilmu beladiri itu, Gagak Seto lebih menekuni ilmu sastra dan Gagak Samudro menekuni ilmu pengobatan.
Nehemia Budi Setyawan, satu dari dua pewaris Merpati Putih (Foto: Randy Wirayudha/Historia)
Semasa Grat X RM Saring Hadi Poernomo, yang memberi pesan kepada dua putranya, Poerwoto Hadipoernomo (Mas Poeng) dan Budi Santoso Hadi Poernomo (Mas Budi), silat keraton itu memasuki babak baru. “Awal 1963 Pak Saring merasa sudah waktunya disebarkan ke masyarakat umum. Karena di tahun-tahun itu beliau melihat mulai banyak beladiri asing masuk ke Indonesia. Akhirnya didirikanlah MP pada 2 April 1963. Merpati Putih sendiri punya arti Mersudi Patitising Tindak Pusakaning Titising Hening atau maknanya, mencari sampai mendapatkan tindakan yang benar dalam ketenangan,” sambung pria yang berprofesi sebagai arsitek itu.
Pesatnya kepak sayap MP yang dirintis di Timuran dan Bumijo, Kota Yogyakarta pada 1963, juga merambah mancanegara sampai era milenial. “Di Indonesia sekarang kita sudah punya sekitar 122 cabang, mulai dari Aceh sampai ke Papua. Juga sembilan cabang di luar negeri: Amerika Serikat (Utah), Kaledonia Baru, Jepang, Malaysia, Filipina, Belanda, Spanyol, Australia, dan yang terbaru ini di Thailand,” tutur Hemi.
Andy Zulkarnaen yang dihubungi dalam kesempatan berbeda, mengamini. MP Thailand, katanya, baru mulai dikembangkan medio Februari 2016. “Berawal dari saya menjadi dosen pencak silat di IPE (Institute of Physical and Education) Yala tahun 2015. Setahun saya mengajar di sana, murid di kelas saya kenalkan MP,” kata Andy, yang merintis persilatannya di MP cabang Jakarta Selatan.
Mantan pesilat Indonesia yang merebut medali perunggu Kejuaraan Dunia 2002 dan perak di SEA Games 2005 dan 2007 itu menuturkan bahwa pengembangan MP di Thailand bermula dari ketidaksengajaan. “Awalnya itu saya ikut mendampingi tim Indonesia di Kejuaraan Dunia 2015. Di sana bertemu pelatih Thailand, teman lama, dan meminta saya jadi dosen (di IPE). Selain mengajar, saya juga buat program kerjasama untuk pengembangan silat di seluruh wilayah Thailand dengan persatuan silat Thailand (PSAT),” ujarnya.
Bukan perkara mudah bagi Andy dan istrinya, mantan pesilat Ellvia Zahara, untuk bisa memperkenalkan MP di negeri yang sohor sebagai sarangnya Muaythai dan Thai Boxing itu. “Di Thailand juga sebenarnya ada silat lain, KPS Nusantara, yang dulu dibawa almarhum Mas Oong Marianto,” tambah Andy. Oleh karena itu, Andy mesti “dites” terlebih dulu sebelum bisa memperkenalkan MP di Thailand. “Ya istilahnya MP masuk kandang macan lho, Mas. Sarangnya Thai Boxing. Kasarannya, mereka pingin tahu silatnya seperti apa,” ujar Hemi.
Mau-tak mau, Andy mesti mengikuti “tes” itu. Dia lalu mengikuti Master Games untuk usia 35-45 tahun pada 2017 dan 2018. “Tapi Mas Andy kan atlet nasional, mental fighter-nya bisa membuktikan,” ujar Hemi. Andy berhasil merebut dua emas di kedua ajang itu. Prestasi itu membuatnya “diizinkan” mengembangkan MP. “Sebenarnya beladiri lokal (Thailand) tidak masalah, tergantung bagaimana kita saja,” kata Andy.
Namun, mempopulerkan sesuatu yang tak dikenal bukan perkara mudah. Andy dan istrinya pun bekerjakeras memperkenalkan MP. “Hampir dua minggu sekali saya kenalkan silat di kampus-kampus seluruh Thailand,” sambungnya.
Kerja keras Andy akhirnya membuahkan hasil. Kini dia punya tiga cabang dan 60 anggota. Dari 18 muridnya yang ikut seleksi tim silat Thailand untuk Asian Games, empat di antaranya lolos pelatnas. Hal itu membuat Andy dan Ellvia diikutsertakan di tim pelatih silat Thailand.
Tim Beregu Thailand (kanan) meraih perunggu pencak silat nomor seni (Foto: INASGOC)
Yang membanggakannya, keempat pesilat MP Thailand pulang dari Asian Games 2018 dengan membawa prestasi. Oraya Choosuwan dan Saowanee Chantmunee membawa perak dari nomor seni ganda putri, sementara Fadil Dama, Masofee Wani, dan Islamee Wani meraih perunggu dari nomor seni beregu putra.
“Ini yang saya katakan, meroketnya (MP di Thailand) cepat sekali. Tapi ada kebanggaan kita juga di tim pencak silat Indonesia yang juara umum. Salah satu pelatihnya juga dari MP, ada Mas Ferry Hendarsin. Makanya saya sangat Alhamdulillah, MP punya kontribusi di Asian Games melalui pelatih Mas Ferry untuk Indonesia dan untuk MP diwakilkan Thailand,” tandas Helmi.
Baca juga:
Bastian Tito, Pendekar Cerita Silat
Ikhtiar Mengubah Wajah Film Silat Indonesia
Di Filipina, Kali Majapahit Lestari
Sriwijaya Tak Berkuasa hingga Thailand
Tambahkan komentar
Belum ada komentar