Dari Defile hingga Kembang Api
Meriahnya malam penutupan Asian Games 1962.
PENUTUPAN Asian Games 2018 dilakukan pada hari Minggu, 2 September 2018, di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta. Acaranya dipersiapkan dengan sangat semarak. Pengisi acaranya beragam, mulai dari grup musik Gigi hingga boyband Korea, Super Junior dan iKon. Media massa, baik cetak, elektronik maupun internet sudah jauh-jauh hari memberitakan persiapan acara penutupan ini. Masyarakat juga memperbincangkannya; mereka bahkan rela antre untuk mendapat tiket acara penutupan. Pendeknya, upacara penutupan ini adalah salah satu acara puncak Asian Games 2018 yang paling ditunggu-tunggu publik.
Namun, kemeriahan semacam ini bukanlah yang pertama kali dalam sejarah pelaksanaan Asian Games di Indonesia. Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa acara penutupan Asian Games 1962, yang dilangsungkan pada hari Selasa, 4 September 1962, di tempat yang sama (dulu bernama Main Stadium Senayan), juga tak kalah meriahnya.
Bagaimana pemerintah mempersiapkan acara penutupan Asian Games 1962? Apa saja acara yang diadakan pada malam penutupan tersebut? Dan, yang tak kalah penting, bagaimana respons masyarakat terhadap acara penutupan ini?
Pada tahun 1962, Indonesia untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah perhelatan olahraga se-Asia, Asian Games. Indonesia mempersiapkan dirinya dengan matang, mulai dari pelatihan intensif untuk atletnya, pembangunan fasilitas olahraga modern (paling fenomenal adalah Stadion Senayan, yang sekarang kembali menjadi tempat pertandingan Asian Games) hingga pembuatan penginapan yang diperuntukkan bagi para atlet yang akan berlaga. Pengorbanan ini tidak sia-sia karena Indonesia berhasil menjadi juara kedua, hanya kalah dari Jepang, negara yang empat tahun sebelumnya juga menjadi juara umum.
Banyak yang tak percaya Indonesia bisa mencapai prestasi ini. Sebelum Asian Games 1962 dimulai, Indonesia masih dianggap, meminjam bahasanya chef de mission tim Indonesia di Asian Games 1962, Kolonel Sobiran, sebagai “pupuk bawang” alias anak bawang dalam peta kekuatan olahraga Asia. Nyatanya anggapan ini berhasil dipatahkan. Fakta bahwa Indonesia menjadi nomor dua di Asia membawa kebahagiaan luar biasa pada pemerintah dan masyarakat Indonesia. Kebahagiaan besar ini pun tercermin dalam acara penutupan Asian Games 1962.
Pemerintah dan aparat sangat sibuk untuk mengatur agar acara penutupan berlangsung dengan aman dan lancar. Sehari sebelum penutupan, Perwira Public Relations Komando Keamanan Asian Games IV memberi peringatan kepada para pengunjung Senayan yang berjalan kaki melewati jembatan Daun Semanggi untuk berjalan di tempat pejalan kaki (voetpad) dan bukan di badan jalan karena tindakan terakhir ini membuat arus lalu lintas menjadi terhambat serta berbahaya bagi para pejalan kaki itu sendiri. Adapun para pengunjung yang datang dengan mobil diminta datang satu sampai dua jam lebih awal. Para pengemudi oplet, bemo dan taksi juga diminta pengertiannya.
Upaya lain untuk menghindari kemacetan di Senayan adalah dengan menutup arus lalu lintas dari Kebayoran ke arah Kota dengan melewati Jalan Sudirman, antara jam 14.00-16.00 pada tanggal 4 September itu. Hanya mobil penonton Asian Games yang bertanda khusus di kacanya yang boleh melewati Jalan Sudirman selama penutupan jalan ini.
Dalam kenyataannya, setelah dilakukan evaluasi pasca upacara penutupan, diketahui bahwa kawasan Senayan tetap saja macet. Volume kendaraan yang berada di area Senayan bahkan lebih bayak dibandingkan dengan saat upacara pembukaan dua belas hari sebelumnya, memperlihatkan tingginya atensi publik pada acara penutupan itu.
Animo masyarakat untuk menghadiri acara penutupan Asian Games 1962 memang tergolong luar biasa. Bagaimana mendapatkan tiket penutupan Asian Games adalah tema pokok perbincangan warga Jakarta kala itu. Tema ini dibicarakan orang mulai dari kantor hingga ruang praktik dokter. Seorang jurnalis menulis bahwa ada dokter yang setelah menyuntik pasiennya masih meluangkan waktu untuk bertanya, “Ada kartjis untuk penutupan apa? Saja butuh satu sadja untuk my wife”.
Dan, memang, minat yang besar ini tampak jelas saat acara penutupan berlangsung: jumlah penonton yang hadir di Stadion Senayan bahkan lebih banyak daripada saat pembukaan. Indikasinya adalah banyaknya penonton yang berdiri lantaran tidak mendapat tempat duduk. Surat kabar Kedaulatan Rakjat (Yogyakarta), dalam berita utamanya tanggal 5 September 1962 yang bertajuk ‘Padamlah Obor Asian Games IV di Djakarta, Berachirlah Pesta Olahraga se-Asia’, menyebut jumlah yang hadir lebih dari 100.000 orang.
Berikut adalah rincian mengenai jadwal acara malam penutupan Asian Games 1962, sebagaimana dirilis Antara, 4 September 1962, dan dimuat dalam surat kabar Bintang Timur (Jakarta), di hari yang sama. Pertama-tama, sebelum acara penutupan, dilangsungkan pertandingan final sepak bola untuk memperebutkan emas antara tim Korea Selatan dan India. Pertandingan ini akan dimulai pukul 16.00 (catatan: bila pertandingan melebihi waktu normal, maka upacara juga akan ditunda seperempat jam). Pada pukul 18.15, acara penutupan Asian Games akan dibuka dengan parade, diikuti oleh pengibaran bendera-bendera negara peserta, bendera Asian Games Federation (AGF), dan bendera negara tuan rumah Asian Games berikutnya, 1967 (Muangthai). Sesudahnya, dilakukan penutupan Asian Games 1962 secara resmi oleh Ketua AGF, yang ditandai oleh penurunan bendera AGF, penyerahan bendera AGF dari ketua Organizing Committee Asian Games pada Ketua AGF, yang selanjutnya menyerahkannya pada Gubernur Jakarta Raya. Dari gubernur, bendera akan diserahterimakan kepada seorang anggota pramuka. Sesudah itu, Api Olahraga akan dipadamkan tepat saat meriam ditembakkan untuk kali kelima. Pemadaman ini menjadi tanda bagi tim-tim peserta untuk meninggalkan lapangan. Upacara pun dinyatakan selesai.
Dari sejumlah laporan pers diketahui bahwa acara penutupan Asian Games berjalan sesuai rencana. Salah satu atraksi lain yang juga ditampilkan adalah penyalaan obor yang diiringi lagu Indonesia, Rayuan Pulau Kelapa, yang dinyanyikan oleh para pelajar. Adapun yang menurunkan bendera AGF adalah para kadet dari Angkatan Laut.
Yang paling impresif bagi penonton di acara penutupan itu adalah atraksi kembang api. Tidak setiap hari warga Jakarta bisa melihat kembang api raksasa sehingga atraksi kembang api ini merupakan acara yang ditunggu-tunggu. Atraksi ini dimulai pada pukul 20.30, ditandai oleh bunyi letusan kembang api (“bagaikan suara meriam”, tulis wartawan Bintang Timur yang menyaksikannya), yang disusul oleh cahaya yang melesat ke langit dan diakhiri oleh pecahnya kembang api ini menjadi bintang-bintang kecil.
Para penonton di Stadion Senayan terpukau. Suara gemuruh penonton memenuhi stadion. Atraksi kembang api yang semarak ini berlangsung selama sekitar satu jam. Tapi, di tengah kemeriahan itu, ada pula penonton yang panik mendengar bunyi kembang api yang berdentum keras itu, mungkin karena belum biasa dan lantaran terlalu kerasnya bunyi kembang api itu. Di antara mereka ada anak-anak dan perempuan tua.
Meski begitu, secara umum roman para penonton tampak bahagia. Bagaimana tidak, Indonesia berhasil mendapatkan sukses ganda: berhasil menjadi tuan rumah dan berhasil menjadi juara kedua. Kesuksesan ini diakhiri dengan berbagai penampilan dan atraksi mengesankan pada upacara penutupan Asian Games tanggal 4 September 1962 itu.
Penulis adalah dosen Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta, Ph.D. di Universiteit van Amsterdam
Baca juga tulisan Muhammad Yuanda Zara berikut ini:
Majakerta yang Dilupa
Dari Majakerta ke Jakarta untuk Asia
Insiden Martin Behrman
Tambahkan komentar
Belum ada komentar