top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Cinta Hatta Bersyarat Indonesia Merdeka

Mohammad Hatta berjanji baru akan menikah setelah Indonesia merdeka.

12 Agu 2014

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Mohammad Hatta menepati janjinya untuk tidak menikah sebelum Indonesia merdeka. Hatta menikahi Siti Rahmiati pada 18 November 1945. (Buku Mohammad Hatta, Hati Nurani Bangsa karya Deliar Noer).

Diperbarui: 31 Jul

KETIKA menjadi mahasiswa di Belanda, Mohammad Hatta selalu serius belajar. Sekalipun banyak mahasiswi mengaguminya, dia tak menunjukkan ketertarikan. Penasaran, kawan-kawannya menyuruh seorang mahasiswa Polandia yang cantik untuk menggodanya tapi tak berhasil.


Halida Hatta, putri bungsu Bung Hatta, ini karena ayahnya ingin menyelesaikan studi dengan baik sebagai modal dasar bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. “Bung Hatta sadar apa yang sedang dia prioritaskan,” ujar Halida.


Dan selama Indonesia belum merdeka, Bung Hatta berjanji tak akan menikah.


Namun, menurut Mavis Rose, Bung Hatta sempat menaklukkan hati gadis cantik bernama Anni, anak Tengku Nurdin, seorang pengalihbahasa pemerintahan Aceh. Perekatnya bukan cinta romantis tapi semangat nasionalis –Anni adalah aktivis perempuan, pernah menjadi prasaran dalam Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung. Bahkan keduanya sudah bertunangan. “Namun romansa ini tak berlanjut ke jenjang pernikahan,” tulis Mavis Rose dalam Indonesia Free: A Political Biography of Mohammad Hatta.


Anni kemudian menikah dengan Abdul Rachim, kawan dekat Bung Karno, dan memiliki dua putri: Rachmi dan Titi.


Setelah Indonesia merdeka, Bung Hatta akhirnya menentukan gadis pilihannya. “Waktu saya bertanya kepada Hatta, gadis mana yang dia pilih, jawabnya: ‘Gadis yang kita jumpai waktu kita berkunjung ke Instituut Pasteur, yang duduk di kamar sana, yang begini, yang begitu, tapi saya belum tahu namanya,” ujar Sukarno kepada R. Soeharto dalam Saksi Sejarah. “Setelah saya selidiki ternyata gadis pilihan Hatta itu Rahmi, putri keluarga Rachim.”


Di tengah malam, ditemani R. Soeharto, Sukarno mendatangi rumah keluarga Rachim dan melamar Rahmi untuk Bung Hatta.


Pada 18 November 1945, Bung Hatta menikahi Rahmi di sebuah villa di Megamendung, Bogor. Sebagai mas kawin, Bung Hatta memberikan buku yang ditulisnya saat dibuang di Digul pada 1934, Alam Pikiran Yunani.


“Apakah Hatta melihat sifat Rahmi Rachim yang sebelumnya begitu dia kagumi pada diri ibunya, dia tidak menyebutkan,” tulis Mavis. “Bahkan, dalam memoar Hatta pernikahannya hanya ditandai dengan sebuah foto pasangan pengantin.”


Halida menyebut Mavis Rose salah kaprah. Menurutnya, Anni bertemu pertama kali dengan Bung Hatta pada 1945 ketika Sukarno datang melamar Rahmi untuk Bung Hatta. “Karena Bung Hatta dan nenek saya (mertua Bung Hatta) beda usia cuma sembilan hari, maka keluarlah cerita seperti itu,” kata Halida.


Sebagai pasangan, Bung Hatta tentu saja kerap menunjukkan sisi romantis. Ketika istrinya hendak melahirkan anak pertama, Bung Hatta masuk ke kamar bersalin dengan membawa sandwich buatannya. Bung Hatta juga selalu memberikan tempat di dalam mobil yang bebas dari terpaan sinar matahari kepada istrinya ketika bepergian. Namun, di depan anak-anaknya, “mereka tak memperlihatkan bahasa tubuh yang romantis,” kata Halida.


Bung Hatta juga punya perhatian terhadap fisik istrinya. Tak suka istrinya menjadi gemuk, dia pernah meminta Raharti Subijakto, adik Rahmi, untuk mengingatkan kakaknya. “Dalam pemikiran Bung Hatta,” kata Halida, “pembicaraan akrab di antara dua orang saudara perempuan akan melunakkan sensitivitas isu kegemukan.”


Selama mengarungi biduk rumah tangga, hidup mereka aman-tenteram dengan dikaruniai tiga anak perempuan.


Meski terpaut usia 24 tahun, Rahmi bahagia dan setia mendampingi Bung Hatta. “Setiap kesempatan yang kami jalani bersama terasa indah dan berharga, seperti serangkaian permata yang berharga,” kata Rahmi.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
Dewi Sukarno Setelah G30S

Dewi Sukarno Setelah G30S

Dua pekan pasca-G30S, Dewi Sukarno sempat menjamu istri Jenderal Ahmad Yani. Istri Jepang Sukarno itu kagum pada keteguhan hati janda Pahlawan Revolusi itu.
bottom of page