Jejak Revolusi dalam Fotografi
Periode revolusi kemerdekaan pada 1945-1950 terjejaki dalam ratusan karya fotografi.
SITUASI revolusi kemerdekaan tidak semata-mata didominasi peran militer, namun banyak pihak memainkan perannya sendiri. Publik bisa melihatnya dari koleksi foto dan gambar yang dipamerkan di lantai dasar gedung Grha Bhakti, Jalan Antara No. 61, Pasar Baru Jakarta. Demikian diungkapkan Oscar Motuloh, Direktur GFJA sekaligus kurator pameran bertajuk “71th RI Bingkisan Revolusi.” Pameran dibuka pada Jumat, 19 Agustus 2016.
Dalam pameran ini, GFJA menggandeng beberapa pihak yang memiliki dokumen sejarah dalam bentuk foto atau gambar yang menggambarkan situasi Indonesia pada rentang 1945-1950. Seperti koleksi foto Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI); koleksi dari Museum Bronbeek yang menampilkan tulisan dan karya foto dari seorang prajurit Belanda bernama Charles Ernest van der Heijden; lalu dari Perhimpunan Filateli Indonesia dengan koleksi Perangko vs Blokade Belanda yang disarikan dari katalog “Vienna & Philadelphia printings and sub Area of the Republik Indonesia”; kemudian koleksi dari Moh. Ichsan, mantan menteri sekretariat negara era Sukarno.
Kebanyakan dari foto-foto yang terjumpa di pameran itu belum banyak diketahui orang, sehingga menarik untuk dicermati, salah satunya adalah foto-foto dari Museum Bronbeek. Mulai dari foto sekumpulan prajurit yang antri membeli makanan dari sebuah mobil penjual makanan keliling di daerah Pacet Jawa Timur, lalu pemindahan tahanan dari Kediri ke Tulungagung, hingga surat tulisan tangan Charles Ernest van der Heijden tentang keruntuhan mental kelompok pasukannya di Jawa Timur.
“Satu demi satu berjatuhan di rumah sakit karena terluka atau terguncang. Saya sempat merasa sudah hampir gila selama beberapa hari, tetapi saya menenagkan diri dengan ramuan bromida, dan sementara bisa bertahan,” tulis Charles kepada orang tuanya di Belanda, sekira Januari 1949.
Menurut sejarawan dari Museum Bronbeek, Willy Adriaan, Charles lahir di Amsterdam 9 Mei 1923. Mulanya dia mendaftar sebagai sukarelawan dengan tugas militer untuk melawan Jerman. Namun, dia justru ditugaskan ke Hindia Belanda, dan ditempatkan sekitar Jawa Timur. Tugas utamanya adalah membantu dokter batalion di desa dan kegiatan medis lain. Selain itu, dia memiliki bakat menulis, memotret dan membuat ilustrasi. Hal inilah yang kemudian membawanya ke dinas penerangan militer sebagai penyelia dan penghimpun foto untuk publikasi internal dan majalah prajurit.
Foto lain yang ditampilkan dalam pameran tersebut adalah koleksi Mohammad Ichsan, mantan menteri sekretaris negara tahun 1960-an. Dalam koleksi Moh. Ichsan tersaji beberapa foto mengenai penerbangan rombongan pejabat negara Republik Indonesia ke Sumatera Utara dan Aceh pada 1948 dengan menggunakan pesawat dakota kepresidenan. Mulai dari foto Sukarno yang sedang bercakap santai, higga penumpang yang berselimut karena kedinginan berada di dekat pendingin udara di dalam pesawat.
Selain foto, terdapat pula replika gerbong kereta yang menyelamatkan Soekarno, Hatta, dan beberapa tokoh lain dari ancaman Belanda pada 3 Januari 1946. Replika tersebut merupakan sumbangan dari Museum Transportasi.
“Pameran ini menyajikan kombinasi menarik dari pihak Belanda maupun dari pihak kita sendiri. Seperti foto-foto sekitar Proklamasi itu, jadi dari sini mulai terbuka lagi bagaimana sebenarnya suasana masa itu dan ini penting untuk konstruksi sejarah,” ujar sejarawan JJ Rizal, yang juga hadir malam itu sebagai pengunjung.
[pages]
Tambahkan komentar
Belum ada komentar