Bung Karno dan Hari Anak
Hari Anak Nasional pernah diperingati setiap tanggal 6 Juni, hari lahir Sukarno. Apa dasarnya?
ANDA mungkin tersenyum haru melhat keakraban Presiden Sukarno dengan anak-anak dalam tayangan video yang sempat menjadi viral tahun lalu. Bung Karno memang dikenal dekat dengan anak-anak.
Pada masanya, Bung Karno mengubah sebuah gazebo di tengah lapangan hijau yang menghubungkan Istana Negara dan Istana Merdeka menjadi kelas Taman Kanak-kanak (TK). Putra-putrinya bersekolah di sana. Juga anak-anak dari staf Istana dan penduduk sekitar.
Chappy Hakim, mantan Kepala Staf Angkatan Udara (2002-2005), salah satu muridnya. Kala itu keluarga Chappy tinggal di Jalan Segara (sekarang Jalan Veteran), dekat dari Istana.
“Sekolah TK di Istana sangat menyenangkan, karena jadwalnya hanya nyanyi-nyanyi, bermain, minum susu, dan terkadang mendapat sup masakan Istana yang istimewa,” kenang Chappy dalam catatan blognya yang dibukukan dengan judul Cat Rambut Orang Yahudi.
Ismiati Isnaini, yang bersama adiknya membentuk duet Is Bersaudara, punya kenangan tak terlupakan dengan Bung Karno. Ismiati bersekolah di lembaga pendidikan Pak Kasur, panggilan akrab Soerjono, seorang tokoh pendidikan dan pencipta lagu anak-anak. Bila Hari Kanak-kanak –dulu belum pakai kata “Anak”– tiba, dia mendapat undangan dari Istana Negara. Kesempatan ini tak disia-siakannya.
“Adik saya, Ismiatun, malah pegang-pegang hidung Bung Karno segala. Bung Karno senang. Beliau akrab, sayang terhadap anak-anak,” tulis Ismiati dalam tulisannya untuk buku Pak Kasur: Pengabdi Pendidikan.
Kedekatan Bung Karno dengan anak-anak itulah yang menjadi salah satu pertimbangan Kongres Wanita Indonesia (Kowani), federasi dari organisasi-organisasi perempuan, untuk mengusulkan agar 6 Juni, hari lahir Sukarno, sebagai Hari Kanak-kanak Nasional –nama yang kala itu dipakai. Keputusan ini diambil dalam Kongres Kowani ke-13 di Jakarta pada 24-28 Juli 1964.
Hari Anak Internasional
Sejak 1951, Kowani berupaya mencari tanggal yang tepat untuk Hari Anak Nasional. Karena tak membuahkan hasil, Kowani hanya memutuskan penyelenggaraan Pekan Kanak-kanak Indonesia pada masa libur sekolah.
Namun, tanpa nilai historis yang melatarinya, penyelenggaraan Pekan Kanak-kanak terasa hambar. Terlebih kalah meriah dibanding Hari Kanak-kanak Internasional yang digelar Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani), organisasi perempuan yang dekat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Gerwani sendiri merupakan anggota Kowani.
Hari Anak Internasional 1 Juni dideklarasikan dalam kongres Women’s International Democratic Federation (WIDF) di Moskow, Rusia, pada 1949 dan diperingati kali pertama setahun kemudian.
Gerakan Wanita Indonesia Sedar (Gerwis), nama yang dipakai sebelum Gerwani, bergabung dengan WIDF pada 1950. Karena itu pula Gerwis ikut memperingati Hari Kanak Internasional setiap 1 Juni.
Menurut mingguan Djaja terbitan 1965 peringatan Hari Kanak-kanak Internasional kali pertama diadakan di Jakarta dan berbagai kota di Indonesia pada 1951. Pada tahun-tahun berikutnya, peringatan itu kian meriah serta mendapat dukungan dan sambutan luas.
Kemeriahan itu terlihat pada 1964. Acara dihelat di Gelora Bung Karno yang dihadiri ribuan anak-anak ibukota. Dalam amanatnya, Presiden Sukarno berpesan agar anak-anak Indonesia cinta tanah air, setia kepada rakyat, bangsa, dan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan berhaluan Manipol-USDEK.
“Pun Megawati Sukarnoputri,” ulas Mimbar Indonesia tahun 1964, “dalam pidatonya ketika membuka perayaan Hari Kanak-kanak Sedunia itu mengatakan bahwa kesukaan kita akan makan kenyang, istirahat cukup, bermain, belajar dan bekerja dengan senang, baru akan bisa diperoleh bila di dunia ini tidak ada lagi penindasan dan penghisapan atas manusia kepada manusia.”
Jalan Tengah
Sesuai keputusan kongres, pengurus Kowani mengadakan pertemuan dengan Panitia 1 Juni Hari Kanak-kanak Internasional. Dicapailah kata sepakat, Pekan Kanak-kanak menjadi sebuah rangkaian acara yang dimulai setiap tanggal 1 dan puncaknya tanggal 6 Juni, bertepatan dengan hari lahir Bung Karno.
Maka, pada 23 Mei 1965 dibentuklah satu delegasi yang terdiri dari Panitia Kowani dan Panitia 1 Juni untuk menghadap Presiden Sukarno. Delegasi terdiri dari Ibu Leimena, Ibu Roeslan Abdulgani, Ibu D. Sukahar, Ibu Oey Tjoe Tat, Ibu Supit, dan Ibu Henk Ngantung.
Restu didapat dari Sukarno.
Menurut mingguan Djaja, penetapan tanggal 6 Juni adalah tepat. Salah satu alasannya, Presiden Sukarno sebagai penyayang kanak-kanak telah mendorong anak-anak Indonesia untuk mencintai tanah air dan bangsa. Selain itu, Sukarno sebagai manusia yang berjiwa besar dan berjasa bagi nusa dan bangsa dan seluruh umat manusia adalah contoh bagi setiap anak Indonesia.
Memakai tanggal kelahiran kepala negara sebenarnya bukanlah hal baru di dunia. Di India pada 1950-an, misalnya, hari kelahiran Perdana Menteri Jawaharlal Nehru tanggal 14 November diperingati sebagai Hari Anak.
Ikrar Anak
Hari itu pun tiba. Pada 1 Juni 1965, sebagaimana dilaporkan majalah anak-anak Kutilang, 1965, anak-anak seluruh Jakarta merayakan Hari Kanak-kanak Internasional di Istana Negara bersama putra-putri presiden.
Acara dimulai dengan mendengarkan lagu “Indonesia Raya”. Lalu sambutan dari Ibu Oei Tjoe Tat selaku ketua panitia dan Ibu Subandrio. Disusul dengan wejangan dari Menteri Penerangan Achmadi mewakil presiden.
Perayaan lalu dibuka oleh Megawati Sukarnoputri, putri presiden.
“Dalam sambutannya ia memberikan salam kepada anak-anak di Kalimantan Utara, Dominika, dan lain-lain. Rasa persahabatan harus ditanam di antara anak-anak sedunia,” ulas Kutilang.
Setelah itu dipentaskan kesenian dari Tiongkok, Jepang, Uni Soviet, dan Jerman. Tak kalah meriah, anak-anak Indonesia mementaskan berbagai kesenian berupa tarian, koor, deklamasi, gamelan, dan sebagainya. Sore harinya, perayaan dilanjutkan di Situ Lembang di kawasan Menteng, Jakarta, dengan drumband dan lagu anak-anak.
Lima hari kemudian, sebagai puncak dari perayaan, digelar apel besar peringatan Hari Kanak-kanak Nasional di Taman Suropati yang dihadiri gubernur Jakarta dan istri para menteri. Presiden Sukarno tak bisa hadir sehingga amanatnya dibacakan istri dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prijono.
“Bapak merasa sangat terharu bahwa Hari Ulang Tahun Bapak kalian rayakan di mana-mana. Lebih-lebih lagi karena Hari 6 Juni sekarang ini dijadikan Hari Kanak-kanak Nasional.”
“Tahukah anak-anakku, mengapa Bapak pada hari ini merasa terharu? Sebabnya ialah tak lain dan tak bukan karena Bapak teringat kembali pada waktu aku masih sekecil dan semuda kamu sekalian.”
Bung Karno lalu berkisah tentang bapaknya yang guru, bergaji tak seberapa. Namun, dia beruntung karena diasuh dan dididik dengan penuh cinta kasih oleh bapak dan ibunya. Dia juga bersyukur dituntun pembantunya, Mbok Sarinah. Ketika dewasa, dia banyak belajar dari bapak-bapak Marhaen, mbok-mbok Marhaen, dan guru-gurunya.
Pada peringatan itu juga dibacakan “Ikrar Anak” oleh seorang murid sekolah dasar.
- Kami putera puteri Indonesia
Berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa
Sayang dan cinta pada ibu bapak
Sayang dan cinta pada ibu bapak guru
Sayang dan cinta pada bapak presiden kita, Bung Karno
Sayang dan cinta pada nusa dan bangsa.
- Kami putera puteri Indonesia; ingin menjadi anak pandai, rajin, tangkas, sopan, berwatak satria, dan berjiwa besar seperti bapak presiden kita, Bung Karno.
Widi Yarmanto, yang waktu duduk di bangku sekolah menengah pertama, hafal ikrar itu dan menghayatinya.
“Pada pagi hari sebelum sekolah, misalnya, sembari mengendus harumnya sabun Colibrita di tubuh, saya sering mencamkan ikrar itu,” tulis Widi dalam esai berjudul “Aidos” di majalah Gatra, 4 Juni 2001. Widi, kini almarhum, pernah menjabat pemimpin redaksi majalah Gatra.
Menghilang
Pekan Kanak-kanak masih dirayakan pada 1966, kendati situasi politik tak menentu sebagai dampak dari Peristiwa Gerakan 30 September 1965. Tapi kekuasan Sukarno runtuh, dan keputusan Gerwani sebagai organisasi terlarang, mengubah semuanya.
Sejak 1967, Hari Kanak-kanak Internasional tak lagi diperingati, dengan alasan diprakarsai negara-negara komunis. Sementara tanggal lahir Sukarno tak lagi dipakai sebagai Hari Kanak-kanak Nasional.
Pekan Kanak-kanak Nasional masih berlangsung tapi pada tanggal yang berbeda, seperti pada 10 September 1967 dan 19-21 Agustus 1968.
Peringatan Hari Kanak-kanak Internasional diadakan lagi pada 1979 sesuai resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menjadikan 1979 sebagai Tahun Internasional Anak-anak. Acara digelar di Taman Mini Indonesia Indah pada 2 Mei bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional dan seratus tahun kelahiran Kartini. Acara dihadiri Presiden Soeharto dan Tien Soeharto.
Bagaimana dengan Hari Anak Nasional? Masih dicari tanggalnya.
Baca juga:
Gerwani dan Hak Anak
Mencari Jejak Hari Anak
Pulau untuk Anak Terlantar
Pengasuh Anak di Masa Kolonial
Tambahkan komentar
Belum ada komentar