Menangkap Pattimura
Demi menangkap Pattimura, kepala-kepala kampung dibuat Belanda berbalik melawan Pattimura.
WAKTU Thomas Matulessy alias Kapitan Pattimura dan pasukannya menyerang Benteng Duurstede pada 16 Mei 1817 dan selama tiga bulan mendudukinya, Belanda sudah punya tentara yang terdiri dari warga setempat. Depot Ambonese Troepen namanya. Pasukan itu baru saja dibentuk karena Belanda berhasil berkuasa lagi di sana.
Di dalam Depot Ambonese Troepen terdapat seorang letnan artileri bernama Mathij Jenni. Dia pernah berdinas dalam militer Inggris dan ditempatkan di sekitar Ambon ketika kekuasaan Belanda terganggu oleh Perang Eropa yang dipicu Napoleon Bonaparte. Dalam ketentaraan Inggris, pada 1810 Jenni seorang letnan artileri. Letnan Jenni dan pasukannya terlibat dalam penyerangan terhadap posisi kekuatan Kapitan Pattimura.
Letnan Jenni mendarat di Pulau Saparua pada 9 November 1817 lalu menyerang Negeri Tiouw. Kala itu pasukannya melakukan serangan kilat sejak pukul delapan. Desa Tiouw dan Saparua pun lalu diduduki.
Dalam pertempuran itu, Jenni terluka dan seorang Belanda, Letnan Frisschart, terbunuh. Atas jasanya, sebut Arsip Ridders Militaire Willemsorde 43 nomor 0987, Letnan Jenni mendapatkan bintang Militaire Willemsorde kelas 4 atas jasanya dalam perebutan Saparua dan sekitarnya itu.
Perwira lain dari Depot Ambonese Troepen yang dianggap berjasa selain Letnan Matthij Jenni adalah Letnan Matheus Thomas Pietersz. Letnan infanteri ini besar pula jasanya dalam memungkas perlawanan Pattimura dkk.
“Di antara perwira pribumi Letnan Pietersz paling menonjol sebagai perwira yang sangat terampil, cakap dan bijaksana, sangat berguna pengetahuannya yang mendalam tentang adat istiadat dan karakter kawan maupun lawan,” terang Kolonel Maurits Verhuell dalam Herinneringen aan een reis naar Oost-Indië.
Letnan Pietersz ditugasi mendekati orang-orang Ambon yang bersembunyi setelah perlawanan Pattimura. Belanda tentu berusaha membujuk raja-raja atau kapitan di negeri sekitarnya untuk berpihak kepada mereka dan melawan kubu Pattimura. Negeri-negeri di Maluku adalah setara desa, dimana kepala desa itu disebut sebagai Raja di sana. Salah satu Raja Negeri yang kemudian berpihak pada Belanda adalah Raja Lilibooi.
“Kampung Lilibooi, yang awalnya juga mendukung pemberontakan, dipaksa menyediakan pasukan bagi Belanda untuk menentang pemberontak,” catat Dieter Bartels dalam Di Bawah Naungan Gunung Nunusaku jilid 2. Menurut Bartels, Lilibooi yang terpaksa memihak Belanda ini bukan Lilibooi Saparua melainkan Lilibooi Ambon. Nama Raja Lilibooy itu adalah David Nussy.
Letnan Pietersz, Raja Lilibooi mendarat di sekitar Negeri Siri Sori pada hari-hari penindakan Belanda ini.Keduanya mendarat bersama dua orang yang sering melintasi kepulauan itu. Keduanya mendengar bahwa Thomas Mattulesy (kadang ditulis sebagai Thomas Metulesie) alias Kapitan Pattimura berada di sebuah rumah penduduk di Siri Sori.
“Dengan kekuatan bersenjata, mereka mengambil jalan memutar menuju rumah yang dimaksud. Letnan Pieterz memasuki rumah tanpa ragu-ragu dan berbicara kepada pemimpin pemberontak dan menyarankan dia untuk menyerah,” catat Verhuell. Namun ketika Kapitan Pattimura masih menimbang tiba-tiba masuklah Raja Lilibooi dan orang-orang bersenjata lainnya.
Maka ditangkaplah Kapitan Pattimura pada 13 November 1817 dengan hatinya yang hancur. “Namun Pria Kristen yang teguh iman itu tetap tenang sampai akhir hayat,” kata Bartels. Setelah ditahan pada 16 Desember 1817 dengan perasaan tenang dengan berucap “selamat tinggal, Tuan-tuan” di sekitar Benteng Nieuw Victoria Kota Ambon.
Letnan Pieterz kadang disebut sebagai Pierson dan lainnya. Bartels menyebut dia berdarah Indo-Eropa. Setelah aksinya di Siri Sori, Letnan Pieterz juga mendapat Bintang Ridders MIlitaire Willemsorde kelas 4 seperti Letnan Jenni.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar