Jasa Letnan Joseph Rakarias Tak Dihargai Belanda
Meski berjasa dan setia kepada Kerajaan Belanda, Letnan Joseph Rakarias dibayar tak pantas sebagai perwira KNIL.
Kisah hidupnya dicatat Java Bode (13 April 1867) dan De Locomotief (8 April 1867)SETELAH Belanda menguasai Kepulauan Maluku, banyak perubahan terjadi. Pertanian tak lagi menjadi satu-satunya mata pencaharian orang Ambon, profesi tentara atau pegawai sipil mulai dilakoni pemuda-pemuda Ambon. Salah satu akibatnya, hingga abad ke-19 orang Ambon tersebar di banyak daerah di Hindia Belanda.
Itulah sebabnya mengapa Joseph Rakarias menjadi satu dari ribuan anak Ambon yang tidak lahir di Kepulauan Ambon Lease. Dia lahir di Indramayu, Jawa Barat, pada 25 Juni 1812.
Lebih dari separuh usianya dihabiskan sebagai tentara kolonial yang setelah abad ke-20 dikenal sebagai Koninklijk Nederlandsch Indische Leger (KNIL). Dia masuk militer sejak belia, tahun 1825, sebagai penabuh tambur di Batalyon Infanteri ke-4.
Sedari 1827 hingga 1830, ketika Perang Jawa (1825-1830) masih berkecamuk, Joseph ditugaskan ke Jawa Tengah. Dari pangkat Fuselier, Joseph mendapat kenaikan pangkat menjadi kopral ketika usianya 20 tahun, saat bertugas di Patanahan. Tiga tahun kemudian, dia naik pangkat menjadi sersan.
Sebagai sersan, yang biasanya memimpin regu berisi belasan orang, pada 1837 Joseph diikutkan dalam operasi militer di Sumatra Barat melawan kaum Padri. Di sanalah dia pada 1838 naik pangkat menjadi letnan dua. Dari Sumatra Barat, pada 1839 dia pindah tempat penugasan ke Sumatra Timur lalu tahun berikutnya ke berada Aceh (Singkil) dan Sumatra Utara (Barus). Sempat kembali ke Sumatra Barat (Batipuh) pada 1841, Joseph balik ke Sumatra Utara pada 1847 dan ditempatkan di sekitar Toba Kecil dan Sipirok.
“Dataran tinggi Sipirok memang merupakan daerah perbukitan, yang sangat strategis untuk pertahanan. Zaman dahulu pun untuk merebut dataran tinggi Sipirok baru dapat diduduki tentara Belanda dengan pertempuran dahsyat pertama kali pada tahun 1847,” catat HMD Harahap dalam Perang Gerilya Tapanuli Selatan front Sipirok (1986:57).
Letnan Dua Joseph Rakarias ikut andil dalam merebut Sipirok. Tak hanya itu, pada 1850 dia juga berprestasi baik ketika dilibatkan dalam Ekspedisi Dalo-dalo di tanah Batak plus berhasil menangkap enam bajak laut di Benteng Bila bersama 15 anggotanya. Prestasi baik itu, menurut arsip “Register Ridder Willemsorde 4e nomor 3885”, membuatnya mendapat Bintang Perunggu Keberanian dan Kesetiaan.
“Ia sangat tersinggung oleh hal ini dan menolak untuk mengenakan medali tersebut dan baru pada tahun 1865, 27 tahun setelah tindakan heroiknya yang gemilang di Bila (Pantai Barat Sumatera), ia menerima penghargaan yang layak untuknya,” catat Letnan Kolonel Bunning dalam De Nieuwe Courant edisi 11 Januari 1905.
Pada 1865, ada perubahan pada penghargaannya, bintang perunggu diubah menjadi Ridders Militaire Willemsorde 4e klaas. Bintang baru itulah yang didapat Joseph.
Setelah 20 tahun menjadi letnan dua, pada 1858 Joseph naik pangkat menjadi letnan satu. Setahun kemudian dia kembali ikut ekspedisi militer, ke Bone, sebelum kembali ke Batavia.
Menjelang pensiun, Joseph yang tak pernah bermasalah justru mengeluarkan protesnya. Perkaranya terkait gaji. Ketika dia ditempatkan di Batavia, gajinya rupanya hanya 100 gulden tiap bulan. Padahal, masa kerjanya setara dengan umur dari komandan kompinya dan jika dihitung kebutuhan hidupnya sebagai perwira, mencapai 132 gulden. Setelah mengadukan perkara itu ke pemerintah, penghasilannya dinaikkan menjadi 125 gulden. Surat pembaca di Algemeens Handelsblad edisi 20 Desember 1901 menyebut, Joseph mengatasi kecilnya gaji sebagai letnan itu dengan, “kadang-kadang membayar seorang debitur hanya setengah dari tagihannya, dan menyerahkan sisanya kepada pemerintah.”
Letnan Satu Joseph akhirnya pensiun pada 1865. Namun masa senjanya tak segemilang masa dinasnya, padahal pensiunan letnan itu punya anak yang masih kecil. Pada pertengahan tahun 1867, Joseph terbaring sakit di sebuah rumahsakit militer di Semarang. Menurut kawannya yang orang Belanda, Joseph tidak menerima penghargaan yang layak.
“Saya sendiri yang mengisi ranjang terakhirnya, merawat putrinya yang berusia 6 tahun, Celestine, dan menyediakan rumah kos, saya sendiri memenuhi permintaannya untuk menulis sesuatu tentangnya,” kata Bunning, rekan Joseph yang orang Belanda itu.
Letnan Satu Joseph Rakarias akhirnya tutup usia pada Jumat, 5 April 1867. Kecuali komandan militer setempat yang sedang sakit tenggorokan, seluruh pejabat militer menghadiri upacara pemakamannya.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar