Patung Liberty Simbol Kebebasan dan Demokrasi
Rakyat Prancis menghadiahi Amerika Patung Liberty sebagai simbol kebebasan dan demokrasi. Kini diminta balik karena pemerintahan Trump mencederai nilai-nilai luhur itu.
RAPHAËL Glucksmann, politikus Prancis dari partai S&D, bikin heboh. Anggota Parlemen Eropa itu meminta Amerika Serikat (AS) mengembalikan Patung Liberty ke Prancis pada Minggu (16/3/2025) lalu. Patung Liberty, yang menjadi simbol kebebasan dan demokrasi, menurutnya sudah tak pantas berada di AS lantaran Presiden AS Donald Trump telah mencoreng demokrasi itu sendiri dengan kebijakan-kebijakan represifnya terhadap imigran dan ilmuwan.
“Amerika sudah memilih berpihak pada para tirani. Kepada orang Amerika yang mengusir para ilmuwan yang mendambakan kebebasan saintifik: kembalikan Patung Liberty kepada kami. Kami memberikannya sebagai hadiah tapi sepertinya Anda membencinya. Makanya lebih baik dikembalikan saja,” ujar Glucksmann, dikutip Politico, Minggu (16/3/2025).
Patung Liberty, yang nama aslinya La Liberté éclairant le monde (Liberty Enlightening the World), merupakan hadiah rakyat Prancis untuk AS pada 140 tahun lampau. AS diberi hadiah simbolis berharga itu karena dianggap berhasil menjaga demokrasinya selama 100 tahun.
Lantas, apa tanggapan Trump? Tentu saja ogah. Bahkan, dengan congkaknya perwakilan Gedung Putih mengungkit sejarah Perang Dunia II. Prancis, menurutnya, sudah tamat riwayatnya jika bukan karena bantuan Amerika.
“Saran saya kepada politisi rendahan Prancis yang tak dikenal adalah dengan mengingatkan bahwa Prancis saat ini tidak berbahasa Jerman itu karena Amerika. Jadi sudah semestinya mereka bersyukur kepada negara kami yang hebat,” ujar sekretaris pers Gedung Putih Karoline Leavitt, dilansir Euronews, Selasa (18/3/2025).
Baca juga: Di Balik Patung Unconditional Surrender
Patung Hasil Patungan
Patung bergaya neo-klasik dengan rangka besi dan baja serta berbalut tembaga itu adalah hasil karya pematung Prancis, Frédéric Auguste Bartholdi. Meski begitu, ide pembuatan patung untuk hadiah ke Amerika datang dari tokoh anti-perbudakan Édouard René de Laboulaye. Idenya dimunculkan Laboulaye dalam obrolan makan malam bersama Bartholdi di kediamannya di Versailles medio 1865. Tema obrolan mereka tentang berakhirnya Perang Saudara Amerika (1861-1865).
“Jika sebuah monumen didirikan di Amerika Serikat sebagai peringatan kemerdekaan mereka, saya pikir akan lebih baik jika pembuatannya adalah hasil dari usaha bersama dari kedua negara,” ujar Laboulaye, dikutip Jonathan Harris dalam A Statue for America: The First 100 Years of the Statue Liberty.
Bartholdi sepakat. Ia bahkan sudah punya banyak opsi gambaran tentang patungnya berkat perjalanannya ke Mesir pada 1856. Salah satunya terinspirasi dari satu proyeknya yang gagal di Mesir, Progress, sebuah mercusuar dengan pahatan patung neo-klasik yang menggambarkan sesosok perempuan Mesir tengah mengusung sebuah obor.
Baca juga: Balada Patung Buruh Tani Pertama
Setelah sempat tertunda akibat Perang Prancis-Prusia (1870-1871), Bartholdi melancong ke Amerika untuk “survei” tempat dan situasi masyarakatnya. Setibanya di New York, Bartholdi mendapatkan incaran tempatnya, Pulau Bedloe (kini Pulau Liberty), pulau bekas pertahanan pantai yang terbengkalai. Proposal pembuatan patung itu lalu disambut hangat Presiden AS Ulysses S. Grant ketika Bartholdi mengunjunginya.
Sekembalinya ke Prancis, Bartholdi membuat desain sketsanya. Dengan gagasan ekspresi kebebasan Amerika, ia mengambil inspirasi dari perpaduan ikonografi Libertas, sosok dewi kebebasan rakyat dari era kuno Romawi, dan sosok Dewi Isis dari perabadan Mesir Kuno. Dari hasil diskusinya lagi dengan Laboulaye, Bartholdi memutuskan sosok patungnya mengenakan gaun stolla yang sepenuhnya menutupi tubuh, tidak seperti lukisan Dewi Libertas yang terdapat dalam lukisan La Liberté guidant le peuple karya Eugene Delacroix (1830) yang mengenakan gaun terbuka. Ia juga menambahkan obor sebagai ciri khas dewi asal era Romawi dan tablet tabula ansata dengan pahatan “July IV MDCCLXXVI” sebagai simbol Deklarasi Kemerdekaan AS (4 Juli 1776).
Dibantu arsitek Eugène Viollet-le-Duc, pada 1875 Bartholdi mulai membuat bagian tangan yang memegang obor dan kepala patungnya terlebih dulu dengan kocek sendiri. Tujuannya untuk turut dipamerkan di Centennial International Exhibition, sebuah pameran memperingati HUT ke-100 Deklarasi Kemerdekaan di Philadelphia, 10 Mei 1876. Usai pameran itu, Bartholdi menemui banyak tokoh masyarakat untuk penggalangan dana yang dibantu Franco-American Union Committee.
Baca juga: Yusman Sang Maestro Patung dari Pasaman
Diusulkan bahwa masyarakat Amerika turut menyumbang, khusus untuk membuat pedestal atau umpaknya saja, sementara keseluruhan patungnya dibuat dari dana sumbangan masyarakat Prancis. Hingga 1879, dana sumbangan yang terkumpul dari masyarakat Prancis –baik yang menyumbang secara sukarela maupun dana yang didapat dari ticketing masyarakat umum yang menonton Bartholdi dan timnya membuat rancangan patungnya– sudah mencapai 250 ribu franc.
“Tetapi kemudian tiba-tiba saja Viollet-le-Duc meninggal (pada 17 September 1879) dan itu jadi pukulan besar bagi proyek Liberty, mengingat mendiang adalah salah satu insinyur struktur bangunan yang paling dihormati saat itu. Untuk menggantikannya, Bartholdi meminta bantuan tokoh lain, Gustave Eiffel. Eiffel kemudian memperkenalkan konsep baru dalam desain struktur bangunan,” tulis Richard N. Rhoades dalam Lady Liberty: The Ancient Goddess of America.
Gustave Eiffel jugalah yang pada 1889 membangun Menara La dame de fer (Puteri Besi) di Paris (kini dikenal sebagai Menara Eiffel). Eiffellah yang merancang ulang kerangka ganda besi dan baja untuk patung Bartholdi. Tujuannya agar bisa menopang pahatan-pahatan tembaganya.
Adapun umpaknya yang dibuat di Amerika, pihak komite mempercayakannya kepada arsitek Richard Morris Hunt pada 1881. Hunt mendesain umpaknya dengan elemen-elemen gaya Aztec dengan material bebatuan granit dan beton setebal 6,1 meter, tinggi 46,9 meter, dan lebar 13,5 meter. Umpaknya dibangun dengan biaya sumbangan yang terkumpul hingga 100 ribu dolar.
Baca juga: Di Balik Patung Jenderal Ahmad Yani
Setelah merampungkan patungnya, Bartholdi membawanya dalam beberapa bagian dengan kapal frigat Angkatan Laut Prancis Isère dan tiba di New York pada 17 Juni 1885. Namun pemasangannya masih harus menunggu selesainya bagian umpak, yang baru rampung pada April 1886.
Pemasangannya di Pulau Bedloe kemudian dibantu para personel zeni AD Amerika hingga rampung. Patung setinggi bangunan 22 lantai itu akhirnya bisa diungkap secara resmi lewat upacara pada 26 Oktober 1886.
Presiden Amerika Grover Cleveland hadir dalam parade dan upacara peresmiannya di Kota New York. Hadiri pula diplomat Ferdinand de Lesseps, yang menggagas Terusan Suez dan Terusan Panama.
Meski begitu, peresmiannya menuai kritik dari kalangan aktivis perempuan dan kulit hitam. Sebab, saat itu kaum perempuan dan kulit hitam belum merasakan kebebasan.
“(Patung) Liberty menerangi dunia. Ekspresi itu membuat kami muak. Patung itu tetap tak bisa melindungi warga sendiri. Lebih baik buang saja patung buatan Bartholdi itu ke laut sampai ‘kebebasan’ benar-benar ada dan negeri ini terbebas dari pembunuhan dan penghancuran kaum ku-kluxed. Gagasan akan ‘kebebasan’ di negeri yang ‘menerangi dunia’ adalah gagasan konyol dan ekstrem,” kata sebuah editorial di halaman muka suratkabar Afro-Amerika, The Cleveland Gazette, 27 November 1886.
Saat itu, Patung Liberty berwarna seperti tembaga pada umumnya. Tapi seiring waktu, warnanya berubah jadi hijau patina seperti yang kita tahu sekarang karena oksidasi lapisan tembaganya. Pun kewenangan situs patungnya masih berada di bawah Dewan Mercusuar Amerika USLB dan lampu di bagian obornya selalu dinyalakan pada malam bak mercusuar-penanda.
Pada 1901, Presiden Theodore Roosevelt mengalihkan status patungnya ke Departemen Perang seiring didirikannya lagi markas Korps Sinyal Angkatan Darat, USASC, di Pulau Bedloe. Patung Liberty baru diberikan status monumen nasional pada 1924 oleh Presiden Calvin Coolidge dan ditempatkan di bawah naungan Dinas Taman Nasional Amerika, NPS.
Baca juga: Patung Bung Karno Berdiri di Aljazair
Tambahkan komentar
Belum ada komentar