Burung Parrot dan Kisah Cinta Presiden Amerika
Presiden Amerika Serikat Andrew Jackson membelikan burung parrot untuk istrinya. Burung itu menarik perhatian orang-orang ketika menyuarakan kata-kata kasar di tengah prosesi pemakaman sang mantan presiden.
PRESIDEN Amerika Serikat Andrew Jackson memiliki banyak hewan peliharaan. Salah satu yang paling terkenal adalah seekor burung parrot bernama Poll. Kehadirannya di prosesi pemakaman sang presiden menghebohkan para pelayat. Poll juga menjadi bukti besarnya cinta Andrew kepada istrinya, Rachel Donelson. Kisah cinta mereka disebut paling legendaris di Negeri Paman Sam.
Andrew Jackson pertama kali bertemu dengan Rachel ketika masih menjadi pengacara muda. Pria kelahiran 15 Maret 1767 itu menghuni kamar yang disewakan oleh ibu Rachel di kawasan perbatasan Tennessee.
Menurut Nancy Hendricks dalam America’s First Ladies: A Historical Encyclopedia and Primary Document Collection of the Remarkable Women of the White House, orang tua Rachel merupakan tuan tanah dan bagian dari kaum elite yang tergabung dalam Virginia House of Burgesses. Ketika Rachel berusia 12 tahun, ia pindah bersama orang tua, tujuh saudara laki-laki, dan tiga saudara perempuan ke perbatasan Tennessee. Di sana, keluarga Donelson sebagai pemukim kulit putih pertama dan salah satu keluarga paling terkemuka.
Baca juga:
“Ayah Rachel memimpin sekitar 600 orang menyusuri Sungai Cumberland menuju Fort Nashborough, ikut mendirikan kota yang kelak menjadi Nashville, Tennessee,” tulis Hendricks.
Ketika bertemu Andrew, Rachel telah menikah dengan tuan tanah bernama Lewis Robards. Rachel menikah di usia 17 tahun. Namun, pernikahan yang berlangsung sejak tahun 1785 itu tidak bahagia. Bagi Rachel, suaminya tidak setia dan mudah cemburu. Pada 1788, Rachel pergi dari rumahnya di Kentucky karena Robards telah melakukan kekerasan terhadapnya.
Pernikahan yang tidak bahagia membuat Rachel ingin berpisah dari Robards. Namun, sang tuan tanah masih ingin mempertahankan pernikahannya. Pada 1790, ketika keluarga Rachel mengetahui bahwa Robards akan membawa istrinya kembali ke Kentucky, Rachel pergi ke rumah kerabatnya di wilayah Mississippi. Untuk menjaga keselamatannya di perjalanan, Rachel dikawal sejumlah orang. Salah satunya Andrew Jackson. Setelah memastikan Rachel tiba dengan aman, Andrew kembali ke Nashville. Pada 1791 muncul artikel di surat kabar yang menyatakan bahwa Rachel telah bercerai dengan Robards.
Andrew mengagumi Rachel sebagai wanita cantik dan bersemangat yang memiliki kemampuan membaca dan menulis dengan baik meski tidak ada catatan pendidikan formal. Ia melihat peluang untuk menjalin hubungan yang lebih dari sekadar teman dengan Rachel. Oleh karena itu, ia kembali ke Natchez, kota kecil di Mississippi, untuk meminang Rachel.
Robert A. Nowlan menulis dalam The American Presidents, Washington to Tyler, Andrew dan Rachel menikah di Natchez dan kembali ke Nashville untuk menetap di sebuah peternakan. Dua tahun berlalu, Robards muncul dengan bukti yang tak terbantahkan tentang perzinaan istrinya. Perceraiannya dikabulkan dengan alasan “istrinya telah meninggalkannya dan masih hidup dalam perzinaan dengan pria lain”.
“Teman-temannya mendesak Andrew dan Rachel untuk mengadakan upacara pernikahan kedua. Pada awalnya Jackson menolak, karena merasa hal itu akan dianggap sebagai pengakuan bahwa mereka belum menikah dan bersalah atas perzinaan dan bigami. Namun akhirnya, Jackson menyerah dan pasangan itu menikah secara resmi dalam sebuah upacara pada 17 Januari 1794,” tulis Nowlan.
Baca juga:
Kendati saling mendukung dan menguatkan dalam menjalani pernikahan, kisah cinta Andrew dan Rachel diwarnai tudingan perselingkuhan, yang menjadi senjata bagi lawan politik Andrew ketika ia mencalonkan diri menjadi presiden pada pemilihan tahun 1824. Para pendukung Andrew mendesaknya untuk membalas tuduhan yang sama merusak terhadap istri lawan, John Quincy Adams, tetapi ia menolak untuk melakukannya.
Andrew gagal menduduki posisi orang nomor satu di Amerika pada 1824. Namun, ia segera bangkit dan menyusun strategi untuk mencalonkan diri dalam pemilihan presiden tahun 1828. Andrew kembali berhadapan dengan John Quincy Adams. Hendricks menyebut kampanye pada pemilihan presiden kala itu merupakan salah satu kampanye terkotor dalam sejarah Amerika.
“Para pengikut Andrew Jackson mengungkit ‘tawar-menawar yang korup’ antara John Quincy Adams dan Henry Clay. Sementara pendukung Adams menghujat Rachel Jackson sebagai pezina dan pelaku bigami. Meskipun ada bisik-bisik tentang Rachel di ‘masyarakat yang terhormat’, sekarang namanya dihitamkan di surat kabar oleh pers nasional,” jelas Hendricks.
Semua tuduhan dan serangan sampai di telinga Rachel. Meski tak ingin menambah pikiran suami yang tengah mencalonkan diri sebagai presiden, Rachel akhirnya tak mampu menyembunyikan kesedihannya.
Menurut Betty Boles Ellison dalam Rachel Donelson Jackson: The First Lady Who Never Was, Andrew yang tak ingin sang istri terpuruk karena serangan dari lawan politiknya dan sebagai upaya mengalihkan pikiran Rachel dari berkabung atas kematian bocah Indian, Lyncoya, yang mereka besarkan, meminta John Decker dan Isham Dyer, yang memiliki perusahaan penganan di Nashville, untuk membeli seekor parrot. Andrew membayar mereka 25 dolar untuk burung yang dinamai Poll. Hewan peliharaan kesayangan Rachel ini menghidupkan keluarga Jackson.
Sebuah peristiwa tak terduga yang mengubah hidup Andrew terjadi pada Desember 1828. Sebulan setelah memenangkan kursi kepresidenan pada pemilu November 1828, Rachel meninggal karena serangan jantung di usia 61 tahun pada 22 Desember 1828, beberapa bulan sebelum Andrew dilantik di Washington pada 4 Maret 1829. Rachel dimakamkan dengan mengenakan gaun pesta dansa putih dan alas kaki baru yang akan ia gunakan di prosesi pelantikan sang suami.
Baca juga:
“Pada saat kemenangan terbesarnya, Andrew Jackson mengalami keputusasaan yang paling dalam. Berminggu-minggu berlalu, kesuraman yang menyelimuti Hermitage (rumah perkebunan yang ditinggali Rachel dan Andrew) secara berkala dipecahkan oleh kicauan Poll. Burung kesayangan Rachel itu menjadi kenangan hidup baginya. Jackson meninggalkan Poll di Nashville, tetapi mengingatkan seorang anggota keluarga untuk terus menjaga dan merawat burung tersebut,” tulis sejarawan John M. Belohlavek dalam Andrew Jackson: Principle and Prejudice.
Selepas kepergian Rachel, Andrew memilih tak menikah lagi. Oleh karena itu, ia meminta bantuan keponakannya, Emily Donelson, untuk berperan sebagai nyonya rumah di Gedung Putih. Tujuh belas tahun berlalu setelah kepergian Rachel, Andrew meninggal pada 8 Juni 1845 setelah sakit selama beberapa waktu.
Poll, parrot kesayangan Rachel, hadir pada prosesi pemakaman Andrew. Burung itu mengambil kesempatan untuk mengulangi dengan volume keras setiap kata umpatan dan kata-kata kotor yang telah dipelajarinya selama hampir dua dekade, mungkin dari tuan rumah. Tiga ribu orang yang hadir begitu terpana dengan pertunjukan itu sehingga pendeta harus mengeluarkan Poll secara paksa dari lokasi upacara. Andrew dimakamkan di sisi Rachel di taman Hermitage.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar