top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Mengacau Banten, Kamid Tewas di Jakarta

Pernah ingin menyerahkan diri, Kamid yang rumit dua kali gagal menyerah. Berakhir kena timah panas.

17 Mei 2023

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Tempat penampungan bekas gerombolan Kamid di Banten saat ditinjau mantan Gubernur Sumatera Mr. Teuku Moh. Hasan (repro "Mimbar Penerangan, 1960")

Suatu hari di awal tahun 1955, rumah Jaksa Agung Raden Suprapto di Jakarta kedatangan seseorang dari Banten. Orang itu bukan orang sembarangan di Banten. Dia seorang bendeleider alias pemimpin gerombolan yang mengacau di daerah Banten. Kamid namanya.


“Kamid menyatakan bahwa ia bersama kelompoknya akan menyerah dan seterusnya setia kepada pemerintah RI. Sebagai bukti niat itu, ia menyerahkan sepucuk senjata api miliknya,” catat Iip D. Yahya dalam Mengadili Menteri Memeriksa Perwira: Jaksa Agung Soeprapto dan Penegakan Hukum di Indonesia Periode 1950-1959.



Sebuah janji lanjutan diutarakan Kamid si pengacau keamanan yang terkenal kejam meski punya niat untuk menyerah kepada pemerintah itu. Penyerahan massal akan diadakan di Serang, katanya.


Kamid menjadi buah berita koran-koran sekitar 1955. Koran De Preangerbode edisi 6 Mei 1955 menyebut gerombolan Kamid yang berjumlah 25 orang telah melawan pasukan Kapten Nawawi Alief di daerah Cigintung, Ciomas. Kelompok Kamid punya senjata api macam bren dan revolver. Kamid.


Lantaran meresahkan, pemerintah tidak membiarkan gerakan Kamid cs. Janji temu antara gerombolan Kamid dengan pemerintah lalu dibuat sekitar Mei 1955. Perwakilan De Preangerbode (31 Mei 1955) hadir dalam janji temu itu, di samping Wakil Jaksa Agung Suprian. Mereka didampingi Kapten Effendi dari Komando Distrik Militer Serang dan Komisaris Djajusman dari Kepolisian Sektor Serang. Beberapa pejabat sipil juga hadir.


Dalam acara itu, Kamid tiba-tiba mengajukan proposal aneh. Dia meminta uang Rp.6.000 untuk tiap senapan bren yang mereka serahkan kepada pemerintah.


Kamid lalu minta izin keluar dari ruangan untuk berunding dengan para pengikutnya. Salah seorang anggota gerombolan bernama Madrisa bilang ke kawan-kawannya, mereka akan dituntut secara hukum atas aksi perampokan yang mereka lakukan. Menurut mereka Jaksa Agung Suprapto hanya punya kuasa di Jakarta saja dan tidak punya kuasa di Banten.



“Upacara penyerahan diri itu nyaris gagal karena diprovokasi seorang anggota gerombolan bernama Madrisa,” sambung Iip D. Yahya.


Anggota Kamid kemudian melepaskan beberapa tembakan ke udara. Kepanikan pun muncul. Ribuan warga sipil yang menyaksikan “perundingan” pun bubar. Begitu juga kelompok Kamid yang tidak jadi menyerahkan diri kepada pemerintah itu. Setidaknya 40 orang anggota inti gerombolan Kamid masuk hutan lagi. Janji temu tentu harus dibuat lagi atau aksi kekerasan harus dilakukan aparat pemerintah yang kurang bisa bergerilya melawan gerombolan itu.


Pada malam-malam setelah gagalnya peyerahan gerombolan Kamid, sampailah berita ke kepolisian bahwa Kamid sedang berada di daerah Utan Panjang, Kemayoran. Koran Java-Bode 1 Juni 1955 memberitakan pada suatu malam Minggu, 28 Mei 1955, para polisi yang dibantu tentara mencari Kamid di kawasan itu. Setelah rumah yang diduga tempat Kamid menginap ditemukan sekitar pukul 8 malam, aparat langsung mengepung rumah itu.



Pemilik rumah dengan cepat menyerah kepada aparat. Ketika seseorang yang diduga Kamid akan kabur dari pintu belakang, ia langsung dicegat seorang tentara. Duel pun terjadi.


Kamid menghunus pisau dan menyerang prajurit itu. Ia berhasil menusuk kaki kanan si prajurit. Namun prajurit itu tak menyerah pada sakitnya. Prajurit itu lalu menarik pistolnya dan menembakannya ke Kamid. Pelurunya berhasil mengenai kepala Kamid. Seorang tentara lain juga menembak dada Kamid.


Kamid tewas. Setelahnya, aparat langsung mengidentifikasi jenazah itu. Menurut aparat keamanan jenazah itu memang jenazah Kamid sang pemimpin gerombolan yang mengacau Banten.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
Mengintip Kelamin Hitler

Mengintip Kelamin Hitler

Riset DNA menyingkap bahwa Adolf Hitler punya cacat bawaan pada alat kelaminnya. Tak ayal ia acap risih punya hubungan yang intim dengan perempuan.
bottom of page