- M. Lubabun Niam Asshibbamal
- 24 Nov 2010
- 3 menit membaca
Diperbarui: 2 hari yang lalu
Pada Juni 1993, Daniel Perret, seorang Prancis dengan kemampuan cakap berbahasa Indonesia, datang kepada Usman Pelly, antropolog senior Universitas Negeri Medan. Perret membincangkan rancangan riset doktoralnya yang prestisius sekaligus sensitif mengenai identitas Batak dan Melayu sepanjang periode kolonialisme. Sejak 1990 sampai 1993, Perret menggelar penelitian lapangan dengan cakupan wilayah Indonesia timur laut –tempat manipulasi identitas Batak dan Melayu dibangun untuk kepentingan para kapitalis perkebunan.
Ingin membaca lebih lanjut?
Langgani historia.id untuk terus membaca postingan eksklusif ini.












