Asal Usul Umpatan Jangkrik
Jangkrik! Hewan kecil yang dijadikan kata umpatan untuk memplesetkan umpatan yang kasar. Jancuk!
JANGKRIK hadir di bumi sejak 48 juta tahun lalu. Terbukti dengan ditemukannya fosil jangkrik yang terperangkap dalam getah pohon di Kolombia.
Orang Indonesia menyebutnya cengkerik, jangkerik, atau jangkrik, yang memiliki unsur kerik atau krik. “Penamaannya diberikan secara onomathopae, yaitu sebutan yang mendasarkan kepada produksi bunyi dari yang diberi nama,” kata Dwi Cahyono, sejarawan Universitas Negeri Malang.
Nama “jangkrik” muncul di Jawa paling tidak pada masa Jayabaya memerintah di Kadiri (1135-1157 M). Kata walang kerik terdapat dalam kakawin Bharattayuddha, Abhimanyuwiwaha, dan Ramaparasuwijaya, yang menujuk binatang sejenis jangkrik.
Mpu Panuluh, penggubah kakawin Hariwangsa, menyebut jangkrik dalam kalimat hana jangkrik asabda ri wiwara nika. Artinya, “ada jangkrik berbunyi di celah itu.”
Jangkrik kemudian menjadi umpatan. Barangkali awalnya hanya di kalangan orang Jawa Timur. Kian populer setalah Kasino menyebutnya dalam film Chips tahun 1980-an.
Menurut Dwi, umpatan jangkrik muncul untuk memplesetkan umpatan jancuk agar tak terlampau kasar. Di kalangan orang Jawa Timur, muncul pula sejumlah kata bentukan dari jangkrik yang bernada umpatan: jangkrikane menghaluskan jancukane, jangkrikan untuk jancukan; ada pula kalimat umpatan ancene jiaaangkrik kon! (emang dasar jangkrik kamu!) untuk ancene jiaaancuk kon!
Dengan memakai jangkrik, alih-alih jancuk, orang yang diumpat biasanya tak marah. “Tak seperti ketika diumpat dengan umpatan jancuk ataupun kata-kata jadiannya. Malahan, justru ketawi-ketiwi mendapatkan umpatan itu,” ujar Dwi.
Istilah jangkrik, menurut Dwi, viral di Jawa paling tidak sejak 1968 ketika lagu Jangkrik Genggong dipopulerkan penyanyi asal Solo, Waljinah. Lagu ini digemari dan dinyanyikan masyarakat Jawa.
Jangkrik genggong salah satu jenis jangkrik yang punya tanda kuning melingkar di lehernya seperti kalung. Biasanya dimanfaatkan untuk pakan burung, pengusir tikus, aduan, atau sebagai peliharaan.
“Dalam konteks umpatan, kata jangkrik memperoleh arti yang sama sekali tak terkait dengan dunia hewan, namun masuk ke dalam dunia ujaran manusia,” kata Dwi.
Jauh sebelum lagu Jangkrik Genggong, jangkrik telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. “Aktivitas adu jangkrik, memperdengarkan suara merdu jangkrik ngerik, ataupun petualangan golek jangkrik (mencari dan mendapatkan jangkrik, red.), adalah sebagian dari masuknya jangkrik ke dalam dunia keasyikan manusia,” kata Dwi.
Baca juga:
Mengilik Sejarah Adu Jangkrik
Adu Jangkrik dari Tiongkok ke Nusantara
Tambahkan komentar
Belum ada komentar