LEONARDO da Vinci bukan sekadar begawan dan pelukis. Ia juga pakar paleontologi, anatomi, astronomi, insinyur zeni militer, hingga arsitek. Pemikiran-pemikiran visionernya banyak tersimpan di catatan-catatan pribadinya yang juga berisi sketsa-sketsa bangunan. Salah satunya sketsa Kastil Sforza di Milan, Italia.
Kepala tim peneliti Politecnico di Milano (PoliMi) Francesca Biolo mengungkapkan, ia dan timnya menemukan dua lapisan terowongan di bawah struktur kastil yang kini berfungsi sebagai museum milik pemerintah kota Milan tersebut. Berbekal petunjuk dari sketsa Da Vinci, mereka menggunakan alat pemindaian laser, sistem pemosisi global (GPS), dan radar survei bawah tanah untuk menyingkap struktur yang selama 500 tahun terakhir pasca-sketsa itu dibuat belum pernah disingkap.
“Akses (terowongan) ini diabadikan dalam gambar-gambar Leonardo dan selama ini sekadar jadi subyek legenda atau spekulasi semata. Sekarang berkat teknologi, sepertinya akses ini bisa terkonfirmasi. Tetapi masih ada jalur-jalur rahasia lainnya,” ungkapnya, dilansir Daily Mail, 11 Februari 2025.
Temuan para peneliti PoliMi itu hampir sama persis dengan apa yang digambarkan Da Vinci. Di antaranya beberapa tangga spiral yang belum diketahui menuju ke mana. Juga terdapat dua lapisan terowongan yang salah satu tujuannya juga masih jadi misteri. Baru diketahui satu dari dua terowongan itu jadi akses menuju Chiesa Santa Maria delle Grazie, sebuah gereja basilika yang dibangun keluarga bangsawan Sforza di abad ke-15, sekaligus jadi tempat lukisan mural “Perjamuan Terakhir” karya Da Vinci berada.
“Strukturnya cenderung menunjukkan bangunan diperuntukkan pertahanan, jadi infrastruktur internalnya dan lebar akesnya harus bisa memuat prajurit dengan aktivitas rutin mereka dalam mengawasi dan mempertahankan kastil. Terdapat rahasia-rahasia lebih banyak lagi dari beberapa ruangan ini sehingga sangat berguna untuk menangkal pengepungan musuh,” lanjut Biolo.
Kastil Sforza dibangun Adipati Francesco Sforza I, penguasa Milan cum pendiri Dinasti Sforza, pada abad ke-15 di atas reruntuhan benteng era Romawi. Pembangunannya dilanjutkan penerusnya, Adipati Ludovico Sforza, yang turut meminta Da Vinci menghiasi beberapa dekorasi kastilnya dengan hasil karya seninya.
“Kastil Sforza hari ini lebih kecil dari aslinya, jadi itu artinya masih ada beberapa bagian yang sangat mungkin masih terpendam di bawah kota,” tukas Biolo.
Baca juga: Bangunan Misterius di Bawah Stasiun Bekasi
Bertahan dari Peperangan ke Peperangan
Menurut buku Guida D’Italia: Milano keluaran lembaga pariwisata Touring Club Italiano pada 1985, area tempat berdirinya Kastil Sforza sekarang, sebelumnya merupakan bagian dari Benteng Castrum Portae Jovis dan barak-barak militer Garda Praetoria. Milan yang dahulu bernama Mediolanum kala itu jadi ibukota Kekaisaran Romawi, 286-420 Masehi.
Seiring waktu, di atas reruntuhan benteng itu dibangun Kastil Porta Giova oleh penguasa Milan, Adipati Galeazzo Visconti II, sekitar tahun 1358-1370. Area kastilnya diperluas dan ditambahi empat menara di setiap sudutnya oleh para penerusnya. Namun kastilnya kemudian hancur sebagai dampak Perang Suksesi Milan (1447-1454). Maka Adipati Francesco Sforza I yang muncul sebagai penguasa di Milan pascaperang, menginstruksikan rekonstruksi kastilnya –karena ingin dijadikan kediaman pribadinya– pada 1452.
“Kastil baru dibangun menurut tuntutan Francesco Sforza dan meski sering absen secara fisik, sang adipati baru menolak pendelegasian otoritas di situs pembangunan. Bahkan saat masih terlibat dalam konflik dengan Pasukan Venezia, ia menuntut dan menerima laporan progres dan masalah (rekonstruksi) kastil secara rutin,” ungkap Evelyn S. Welch dalam Art and Authority in Renaissance Milan.
Baca juga: Siapa Van der Parra, Pemilik Rumah Kuno di Depok?
Bagian penting yang dibangun menurut permintaan sang adipati adalah menara utama yang didesain dan dibangun arsitek Antonio di Pietro Averulino alias kondang dengan nama Filarete. Sepeninggal Francesco Sforza I yang wafat pada 1466, pembangunannya diteruskan putra keempatnya yang jadi sukesornya, Ludovico Sforza hingga rampungnya pada 1499.
Di masa dialah kastilnya mulai berhias aneka dekorasi indah karya para seniman seperti Leonardo da Vinci, Bernardino Zenale, Bernardino Butinone, dan Donato Bramante yang membuat sejumlah dekorasi lukisan dinding. Dalam penugasan itulah kemungkinan besar Da Vinci turut membuat sketsa kastil dan lorong-lorong misterius tadi.
“Leonardo mendapat proyek lukisan dekorasi untuk camerini, sebuah kamar khusus berukuran kecil di Kastil Sforza yang direncanakan sang adipati sebagai kamar retret pribadinya. Leonardo juga mendesain Sala delle Asse, sebuah ruang berpanel kayu beratap kubah, lengkap dengan lukisan dekorasi berupa hutan dengan belasan pepohonan yang diumpamakan sebagai barisan pilar dalam fantasi arsitekturnya. Dahan-dahan pohonnya saling berkaitan dalam pola yang kompleks yang mungkin hanya dimengerti para pemikir matematika,” tulis Walter Isaacson dalam Leonardo Da Vinci.
Sayangnya Kastil Sforza turut terdampak beberapa peperangan yang merusak sejumlah bagian bangunannya. Salah satunya pada Pertempuran Marignano pada 1515, di mana pasukan Raja Prancis, François I, meledakkan beberapa bagian fondasi kastil. Lalu medio 1521 ketika sudah dialihfungsikan jadi depot persenjataan, sempat terjadi insiden ledakan yang merusak Torre del Filarete, menara utama yang dibangun Filarete tadi.
Barulah pasca-Risorgimento atau Unifikasi Italia (1848-1871), Kastil Sforza yang sebelumnya selalu difungsikan sebagai barak atau depot kemiliteran, dialihkan kepemilikannya ke pemerintah kota Milan. Adalah arsitek Luca Beltrami yang kemudian ditugaskan merestorasi kastilnya.
“Luca Beltrami merestorasi Kastil Sforza di Milan kurun 1893-1905 dengan dimulai dari mengumpulkan informasi tentang bentuk asli, termasuk sketsa-sketsa Leonardo (Da Vinci) yang tersimpan di Museum Louvre di Paris. Ia mengusulkan intervensi radikal yang menghasilkan rekonstruksi kastil yang hampir menyeluruh, yaitu restorasi gaya yang didukung dokumentasi akurat, yang masih memerlukan komponen-komponen yang tidak pernah ada ,” jelas Pere Roca, Paulo B. Lourenço, dan Angelo Gaetani dalam Historic Construction and Conservation: Materials, Systems and Damage.
Baca juga: Nasib Kastil Batavia yang Tergerus Zaman
Sial, Kompleks Kastil Sforza lagi-lagi terdampak perang, semasa Perang Dunia II. Khususnya dalam Pengeboman Milan (1943-1944) oleh pesawat-pesawat Angkatan Udara Inggris RAF saat kota itu masih diduduki pasukan Jerman.
“Pemboman oleh Sekutu menghancurkan banyak area bersejarah di Milan. Sebuah skenario tata kota dimulai di akhir perang karena kehancuran Milan begitu substansial dan membutuhkan tindakan komprehensif dan rencana induk baru. Pada 1947 otoritas (kota) ingin memperbaiki sejumlah bangunan bersejarah yang mengalami kerusakan, (di antaranya) Gereja Santa Maria delle Grazie yang terdapat lukisan mural ‘Perjamuan Terakhir’ karya Da Vinci, Kastil Sforza, serta Ente Raccolta Vinciana, sebuah pusat riset yang didedikasikan kepada Da Vinci,” tulis Elena Canadelli dalam artikel “Crossing the Iron Curtain: Milan’s Museum of Technology and Transnational Exchanges Before and After World War II” yang termaktub dalam buku Interurban Knowledge Exchange in Southern and Eastern Europe, 1870-1950.
Restorasi bangunan-bangunan itu, termasuk Kastil Sforza, dipercayakan kepada firma Architetti BBPR. Kompleks Kastil Sforzanya diperluas karena bangunan-bangunan di dalam dan sekitar kastil juga akan difungsikan menjadi sejumlah galeri dan museum. Di antaranya Galeri Pinacoteca del Castello Sforzesco yang menyimpan lukisan Trivulzio Madonna karya Andrea Mantegna dari abad ke-15 dan Museo Pietà Rondanini yang menyimpan patung marmer Pietà Rondanini karya terakhir Michelangelo di Lodovico dari abad ke-16.
Baca juga: Gudang Garam di Antara Beruang Merah & Paman Sam