PERINGATAN untuk setiap orangtua. Awasi tontonan yang dikonsumsi anak-anak Anda jika tidak ingin tragedi Sawah Besar, Jakarta Pusat pada Kamis (5/3/2020) terulang kepada siapapun. Di hari yang nahas itu, seorang bocah berusia enam tahun disiksa dan dibunuh remaja berusia 15 tahun yang terinspirasi karakter horor macam Slenderman dan Chucky.
“Dia (pelaku) sudah sampaikan bahwa, ‘saya hobi nonton film horor misalnya Chucky, Slenderman’, mungkin dia punya inspirasi,” sebut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus, dikutip Kumparan, Sabtu (7/3/2020).
Chucky adalah nama karakter penjahat berupa sebuah boneka dalam franchise film Child’s Play. Karakternya pertamakali muncul dalam film perdana Child’s Play pada 1988. Inti film mengisahkan perjalanan teror dan aksi sadis pembunuh berantai bernama Charles Lee Ray.
Demi melarikan diri dari kejaran polisi, ia melakoni ritual voodoo yang mentransfer jiwanya ke dalam sebuah boneka “Good Guy”. Bonekanya lantas dimiliki seorang bocah dan dari situlah teror dan sejumlah aksi brutalitas Lee Ray dalam tubuh sebuah boneka yang menjadi hidup.
Film perdana yang digarap sineas Tom Holland itupun meledak di pasaran. Hingga 2019, sudah delapan kali franchise yang menampilkan karakter Chucky dibuat dengan beragam variasi cerita, termasuk Child’s Play (2019) yang merupakan reboot dari versi 1988.
Melahirkan Chucky
Karakter boneka hidup nan sadis itu merupakan “anak rohani” penulis skenario Don Mancini. Mulanya, ia menciptakan karakter antagonis itu bernama Buddy, berdasarkan salah satu boneka anak buatan Hasbro, “My Buddy”. “Mulanya dari naskah coba-coba berjudul Blood Buddy yang saya tulis sendiri saat kuliah di UCLA (University of California, Los Angeles) pada 1985,” kisah Mancini dikutip Sean Abley dalam Out in the Dark. Namun untuk menghindari pelanggaran hak cipta, ia mengubahnya, termasuk nama karakternya dari Buddy menjadi Chucky.
“Adalah David Kirschner yang membawa naskah itu ke MGM yang tertarik dan merekrut Tom Holland untuk menyutradarinya. Meski naskahnya sedikit diubah, saya tetap dicantumkan dalam credit sebagai penulis naskah aslinya dan sah sebagai pencipta Chucky dan Child’s Play,” imbuhnya.
Baca juga: Kutukan La Llorona Melintasi Zaman
Untuk membuat Chucky di atas kertas menjadi boneka hidup betulan, pihak MGM yang memproduksi Child’s Play (1988) lantas mempercayakan desainnya pada pakar efek spesial kondang Kevin Yagher. Dengan perusahaan khusus special effects yang didirikannya, Kevin Yagher Productions, Yagher sudah jadi jaminan mutu membuat karakter horor menjadi hidup, seperti karakter ikonik Freddy Krueger di film A Nightmare on Elm Street (1984), di antaranya.
Menukil Robert Englund dan Alan Goldsher dalam Hollywood Monster, khusus untuk karakter Chucky, Mancini minta tokoh ciptaannya itu penampakannya dibuat sedikit mirip boneka “My Buddy”. Ciri-cirinya seperti berambut merah, berukuran rata-rata balita sungguhan, memakai sepatu merah, sweater motif garis-garis, pakaian overall berkancing merah serta memiliki mata yang biru.
“Lalu Kevin membuat banyak sketsa Chucky, sampai kemudian kami sampai pada pilihan finalnya. Dia lalu membuat boneka pertamanya dari sketsa itu dan detail-detail karakter dari naskah saya,” ujar Mancini lagi.
Lima Kasus Kekejian Terinspirasi Chucky
Banyak film action, thriller, dan horor jadi inspirasi laku kejahatan keji. Karakter Chucky dalam beragam seri filmnya pun turut “andil” dalam sejumlah aksi kriminal mengerikan, sebagaimana kasus remaja 15 tahun yang membunuh bocah enam tahun di Sawah Besar, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
Kasus lain adalah penculikan, penyekapan, penyiksaan, dan percobaan pembunuhan terhadap Suzanne Capper, remaja berusia 16 tahun asal Manchester, Inggris, pada Desember 1992. Suratkabar The Independent, 1 Desember 1993 mengisahkan, Capper, remaja korban broken home, diculik mantan pengasuhnya, Jean Powell, pada 7 Desember 1992 sebelum disekap dan disiksa lima pelaku lain kenalan Powell di rumahnya.
Tak puas melakukan penyiksaan tak terperikan terhadap Capper hingga sepekan, komplotan pelaku kemudian berusaha membunuh korban di sebuah padang rumput dekat Stockport. Korban ditelanjangi kemudian disiram bensin dan pelaku menyulut api ke tubuh korban. Yang tak diketahui komplotan pelaku, ternyata Capper masih hidup ketika mereka meninggalkannya dalam keadaan terbakar hidup-hidup.
Baca juga: Horor Sadis Keluarga Pengabdi Iblis
Dengan sisa-sisa tenaga dan rasa perih karena luka bakar nyaris 80 persen, Capper melarikan diri dan minta pertolongan ke pengendara lain yang ia temukan. Capper lantas dilarikan ke rumahsakit dan sempat menyebut nama-nama pelaku sebelum korban mengalami koma, di mana nyawanya tak tertolong pada 18 Desember 1992.
Menurut keterangan polisi yang segera menciduk para pelaku, saat menyiksa korban, komplotan Jean Powell acap meneriakkan kata-kata ikonik dalam film Child’s Play: “Chucky’s coming to play” (Chucky datang untuk bermain). Dalam beberapa metode penyiksaan, korban juga dijejalkan lagu tema filmnya, “Hi, I’m Chucky. Wanna Play?”.
Kejadian lebih mirip terjadi tak berjauhan dari tragedi sebelumnya, yakni pembunuhan James Bulger, bayi dua tahun asal Kirkby, Merseyside, Inggris, 12 Februari 1993. Kejadiannya mirip dengan yang terjadi di Indonesia lantaran pelakunya juga masih di bawah umur, yakni Robert Thompson dan Jon Venables, keduanya baru menginjak usia 10 tahun.
Majalah The Sunday Times edisi 3 April 2011 menguraikan, Bulger diculik Thompson dan Venables yang sedang bolos sekolah dari mal New Strand di Bootle saat ibunya lalai dalam pengawasan. Bulger kemudian dibawa ke sebuah lahan tersembunyi dekat Stasiun Keretaapi Walton & Anfield.
Dari catatan forensik, terdapat 42 luka di sekujur tubuh akibat sejumlah penyiksaan yang dialami bayi manis itu. Dalam keadaan sekarat, tubuh korban diikat di rel kereta dan tubuhnya terbelah dua setelah terlindas keretaapi yang lewat. Sisa-sisa jenazah korban baru ditemukan dua hari setelahnya, 14 Februari 1993.
Kedua pelaku ditangkap berdasarkan rekaman CCTV di mal tempat korban diculik. Dari pemeriksaan kedua pelaku mengaku bahwa aksi mereka terinspirasi film Child’s Play 3 (1991) yang mereka tonton secara diam-diam dari video yang disewa ayah salah satu pelaku, Jon Venables.
Baca juga: Asal Usul Valak, Setan dari Masa Kegelapan
Kasus lain adalah penembakan massal di situs sejarah Port Arthur, Tasmania, Australia pada 28-29 April 1996. Tragedi yang dikenang sebagai pembantaian terburuk dalam sejarah modern Australia itu menewaskan 35 orang dan melukai 23 orang lainnya.
Pelaku tunggal, Martin Bryant, disebutkan melakukan penembakan lantaran terinspirasi film Child’s Play 2 (1990). Seperti pengakuan Mary (bukan nama sebenarnya), mantan pacar pelaku, Bryant begitu mengidolakan karakter jahat Chucky.
“Dia sangat menyukai Chucky dan selalu menceritakan tentang karakternya setiap waktu. Ada dialog dalam film itu yang sering digunakan Bryant dalam percakapan: ‘Jangan macam-macam dengan Chuck.’ Dia merasa keren saat mengucapkannya,” aku Mary kepada Herald Sun yang dikutip news.com.au, 8 Maret 2016.
Kembali ke Inggris, lingkungan keluarga yang kacau jadi faktor pendorong kakak-beradik berusia 11 dan 10 tahun menculik, menyiksa, dan melakukan percobaan pembunuhan terhadap dua bocah lain berusia 11 dan 9 tahun di Edlington, South Yorkshire, Inggris, 4 April 2009. Menukil BBC, 5 April 2009, kedua pelaku tidak hanya menyiksa namun juga melakukan pelecehan seksual terhadap dua korbannya.
Dari pemeriksaan polisi dan persidangan, salah satu pelaku yang memotori kejahatan sadis itu diketahui sejak usia enam tahun kecanduan film-film dari DVD porno dan film-film horor, beberapa di antaranya film-film Chucky. Kedua pelaku dijatuhi hukuman penjara dengan masa tahanan yang tak ditentukan.
“Virus” kebengisan Chucky juga merambah Rusia. Sekelompok geng di Moskva dengan enteng melakukan pembunuhan terhadap 15 tunawisma dengan senjata tajam sepanjang Juli 2014-Februari 2015. Mengutip Daily Mail, 22 Juni 2017, salah satu pelaku, Elena Lobacheva, sangat bangga membantai belasan tunawisma itu dengan membayangkan dirinya sebagai Tiffany Valentine, karakter boneka jahat yang jadi pacar Chucky di film Bride of Chucky (1998).
Ia bahkan punya tato di lengan kanannya bergambar Tiffany Valentine dan mengaku sebagai pembunuh utama dalam tujuh pembunuhan dari 15 korban geng itu. “Dia sangat menikmati pembunuhan itu. Dia selalu bercerita tentang penyiksaan dan mutilasi tubuh korban. Dia tertawa saat membunuh dan terlihat jelas dia sangat menikmatinya,” aku Pavel Voitov, salah satu rekan pelaku di tengah persidangannya di Pengadilan Kota Moskva.
Baca juga: Pengabdi Setan Tanpa Klenik