Masuk Daftar
My Getplus

Redup Terang Bulan Bintang

Riwayat Masyumi menuju sunyi. Partai Islam terbesar ini pernah memegang kekuasaan dengan memimpin kabinet. Namun, Masyumi berakhir dengan pembubaran.

Oleh: Historia | 10 Feb 2024
Kongres Partai Masyumi, 1951. (Repro Celebrating Indonesia: Fifty Years with the Ford Foundation 1953-2003).

MASYUMI, sedari kemunculannya, sudah menggetarkan banyak orang. Tak tanggung-tanggung, sejumlah organisasi dan partai politik yang tumbuh sebelum dan sesudah masa perang, dari berbagai aliran, tergabung di dalamnya.

Tak pelak Masyumi dianggap sebagai satu-satunya partai politik yang menyalurkan aspirasi umat Islam dan partai Islam terbesar di masanya. Dan jika pemilihan umum digelar saat itu, sebelum 1950-an, Masyumi diyakini akan meraih suara mayoritas.

Baca juga: Saling Hajar Masyumi-PKI

Advertising
Advertising

Namun, sedari awal, Masyumi ternyata lapuk. Pertentangan dari dalam tak henti merongrongnya. Dari luar, Masyumi tak bisa mengimbangi kekuatan partai nasionalis dan komunis; dan lebih-lebih Sukarno. Gagasan menjadikan ajaran dan hukum Islam sebagai dasar negara pun kandas di Konstituante.

Keblingeran sejumlah pemimpinnya yang melibatkan diri dalam Darul Islam dan terutama PRRI tak hanya menjadi amunisi bagi lawan politiknya untuk meyerang, tetapi juga menjadi jalan Masyumi menuju sunyi.

Presiden Sukarno memerintahkan pembubaran Masyumi jika tak ingin dinyatakan sebagai partai terlarang. Alasan itu pula yang membuat penguasa Orde Baru trauma dan mengabaikan desakan untuk merehabilitasi Masyumi.

Baca juga: Masyumi Meradang

Namun, Masyumi tak ingin terkubur dalam sejarah. Seperti dikatakan Mohammad Natsir, ketua umum Masyumi, pada 17 Desember 1952: “Saya peringatkan kepada semua orang yang mendengar kata-kata ini atau yang membaca apa yang saya katakan sekarang, ialah, bahwa Masyumi sebagai wujud organisasi terbesar di seluruh Indonesia, adalah mempunyai semangat jihad. Masing-masing dari kami dapat di-‘diam’-kan dengan bermacam cara, tapi ribuan orang akan menggantikannya...”

Masyumi tak ada lagi tapi semangatnya menyala lewat dakwah dan politik yang dilakukan oleh mereka yang mengklaim sebagai pewarisnya.*

Berikut ini laporan khusus Masyumi.

Jalan Terjal Masyumi Menuju Ajal

Darul Islam Mencederai Masyumi

Tanding Sengit Bulan Sabit vs Palu Arit

Paman Sam Mencoblos Masyumi

Menegaskan Kawan dan Lawan

SBII Antara Komunis atau Majikan

STII dari Zakat Sampai Koperasi

HSBI Melawan Lekra, Menghalalkan Seni

GPII Kampiun Persatuan Pemuda Islam

Muslimat Masyumi Demi Hak dan Akhlak Perempuan

Ikhtiar Terhenti di Konstituante

Trio Masyumi dalam PRRI

Masyumi Bukan Partai Terlarang

DDII Menyeru Dakwah, Menebar Jihad

“Kalau Soal Kemanusiaan Bung Karno Lebih Hebat”

TAG

pemilu masyumi premium

ARTIKEL TERKAIT

Gonjang-ganjing Nasionalisasi Perusahaan Asing Tentang Tiga Tokoh Pemberontakan Kapal De Zeven Provincien De Zeven Provincien Kapal Hukuman Jejak Ali Moertopo dalam Kerusuhan Lapangan Banteng Perkara Tombol Panggil di Kantor DPP Golkar Bandit-bandit Revolusioner Partai Nasional Indonesia dan Ahli Warisnya Orang Arab di Nusantara Boedi Oetomo Tonggak Kebangkitan Bangsa Serangkaian Harapan dari Mahkamah Rakyat