Masuk Daftar
My Getplus

Gerakan Aldera Melawan Orba

Salah satu kekuatan penggerak dalam gerakan mahasiswa menuju Reformasi 1998. Bubar setelah Soeharto lengser. �

Oleh: Martin Sitompul | 02 Feb 2023
Pius Lustrilanang dan sejumlah aktivis Aldera melakukan unjuk rasa. Foto: Erik Prasetya, repro dari buku "Aldera: Potret Gerakan Kaum Muda 1993--1999".

Gerakan aktivisme mahasiswa seolah mati suri sejak peristiwa Malari 1974. Setelah dua dekade kemudian, barulah suara lantang dari kampus menggeliat lagi. Rezim Orde Baru akhirnya tumbang lewat gerakan mahasiswa angkatan '90-an yang disebut Angkatan Reformasi. Tersebutlah Aliansi Demokrasi Rakyat (Aldera), salah satu organisasi mahasiswa yang menonjol dalam gelombang Reformasi 1998.

“Tidak ada literatur yang mencatat secara mendalam soal Aldera. Buku ini menjadi referensi yang merekam gilanya anak muda pada masa itu,” kata Pius Lustrilanang dalam acara penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk buku Aldera: Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993--1999 di Bentara Budaya, Jakarta Barat (31/1).

Aldera dirintis tahun 1993 –masih bernama organ aksi– oleh mahasiswa yang mayoritas dari Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung. Karena berbasis di Bandung, gerakannya saat itu dimulai dengan membangun perlawanan atas perampasan tanah-tanah petani di Jawa Barat. Saat itu, banyak rakyat yang menjadi korban penggusuran lahan yang disabot penguasa dan oligarki demi kepentingan bisnis.  

Advertising
Advertising

Baca juga: Mengawasi Anak-Anak Cendana

Syahdan pada 12 Januari 1993, sejumlah aktivis Aldera menentang pencalonan kembali Soeharto di seberang Wisma DPR, Kopo. Namun, kekuasaan Soeharto masih cukup kuat untuk merepresi para penentangnya. Para demonstran nekat ini habis digebuki polisi.

Kongres pertama Aldera, 14 September 1994, memunculkan nama Pius Lustrilanang (Fisip Unpar 1988) sebagai Sekjen Aldera. Target politik Aldera waktu itu mengganti rezim otoriter Soeharto dengan pemerintahan yang demokratis. Sebagaimana gerakan mahasiswa yang kritis terhadap pemerintah, Aldera turut aksi dalam berbagai momentum politik.

Pius Lustrilanang menerima penghargaan MURI untuk buku "Aldera: Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993--1999". Foto: Martin Sitompul/Historia. 

“Ketika kantor PDI dihancurin (Peristiwa Kudatuli 1996), kita turun. Kita juga turun ke kantor-kantor PDI di manapun, ngomporin mereka untuk bikin mimbar bebas. Ketika majalah Tempo, Editor, dan Detik dibredel, kita juga melakukan aksi,” kenang Pius. 

Baca juga: Huru-Hara 27 Juli 1996 dalam Ingatan Wartawan

Dalam waktu singkat, Aldera menjadi satu di antara penentang paling sengit pemerintahan Orde Baru. Hal itu membuat gerakan Aldera dalam pantauan intelijen. Pius bahkan diculik oleh orang tidak dikenal di pintu masuk RSCM pada 2 Februari 1998. Di bawah todongan pistol, dia dipaksa masuk ke mobil dan dibawa ke tempat yang semula tidak diketahui.

Selama 58 hari, Pius disekap di Markas Kopassus, Cijantung. Seperti kisah kebanyakan aktivis yang diculik, Pius diinterogasi, didera, hingga disetrum. Beruntung, dia kemudian dibebaskan dari sel dalam keadaan hidup pada 2 April 1998. Kesaksiannya di Komnas HAM, tak lama setelah dibebaskan, menyingkap fakta tentang adanya penculikan yang waktu itu masih desas-desus. Kini, Pius menjabat sebagai Ketua VI Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

“Tidak mudah perjuangan itu. Paling tidak sejak kampus diduduki militer. Perlu waktu 20 tahun sampai akhirnya bisa menjatuhkan rezim otoriter Orde Baru. Tidak terhitung berapa banyak mahasiswa yang harus mendekam di penjara,” tandasnya.

Baca juga: Mahasiswa Ingin Ganti Presiden, Tentara Duduki Kampus

Menurut pendiri MURI, Jaya Suprana, Aldera memilih berada di jalur gerakan politik kerakyatan dengan memainkan peran penting dalam interaksi perlawanan atas Orde Baru. Di tengah rezim otoriter saat itu, keberanian melawan adalah suatu kemewahan. Perlawanan itu, sebut Budiman Tanuredjo, wakil pemred harian Kompas, dilancarkan pada situasi yang tidak seperti sekarang. Situasinya sungguh mencekam ketika sejumlah aktivis, termasuk Pius, yang kemudian hilang.

“Situasi pers pada waktu itu juga sama takutnya,” ungkap Budiman, “Kita tentu tidak ingin sejarah kegelapan itu hilang di tengah generasi muda, generasi milenial saat ini.”

Aldera sendiri dibubarkan dalam kongresnya yang ke empat tahun 2000. Kiprahnya pungkas setelah tujuannya tergenapi. Melengserkan Soeharto dari kekuasaan otoriter dan menggantinya dengan pemerintahan yang demokratis.  

TAG

gerakan-mahasiswa orde baru aktivispolitik

ARTIKEL TERKAIT

Mahasiwa yang Menolak Militerisme Jadi Orang Sukses Penganiayaan Berat Aktivis Mahasiswa Zainal Zakse PRD dalam Pemilu 1999 Hartini Dihina, Sukarno Murka Darah Aktivis Kamala Harris Dagelan Hukum The Trial of the Chicago 7 Abdul Muis Setelah Arief Tewas di Ujung Peluru Solidaritas untuk Massa Aksi Menterinya Dibilang Goblok, Sukarno Tersinggung