PUNYA harta melimpah bukan jaminan hidup pasti tenang. Sarah Winchester contohnya. Perempuan yang kisahnya belum lama ini diabadikan dalam film Winchester itu justru dirongrong sosok-sosok tak kasat mata
Baca juga: Winchester: Arwah di rumah bersejarah
Siapa sebenarnya Sarah? Bagaimana janda terkaya di masanya itu hidupnya melulu diganggu makhluk gaib? Apa pula motifnya membangun rumah besar berdesain ganjil yang di zaman now dijadikan salah satu destinasi wisata di San Jose, California, Amerika Serikat?
Merunut data Connecticut Historical Society terkait dokumen Bennett-Winchester Family, perempuan cantik berselubung misteri itu lahir di New Haven, Connecticut dengan nama Sarah Lockwood Pardee. Dia anak kelima dari pengusaha kelas menengah Leonard Pardee dan Sarah W. Burns. Lantaran tak ditemukan catatan tanggal, bulan, dan tahun kelahirannya, kelahiran Sarah diperkirakan antara tahun 1835-1845.
Sarah tumbuh menjadi gadis jelita. Di lingkungannya dia dijuluki “Si Cantik dari New Haven”. Di salah satu foto ambrotype dari arsip Museums of San Jose, parasnya mirip “Ratu Horor” Suzzanna. Sarah juga pribadi cerdas. Semasa muda, penggemar bacaan karya Homer dan William Shakespeare itu sudah menguasai empat bahasa asing: Latin, Prancis, Spanyol, dan Italia.
Sarah lantas berjodoh dengan William Wirt Winchester, putra semata wayang Oliver Winchester, pemilik pabrik senjata Winchester Repeating Arms Company. Mereka menikah pada 30 September 1862 dan melahirkan seorang putri, Annie Pardee Winchester, pada 15 Juni 1866. Nahasnya, bayi Annie hanya bertahan 40 hari lantaran mengidap marasmus, penyakit malnutrisi tubuh yang tak bisa memetabolisme protein.
Tak lama setelah putrinya tiada, Sarah kembali didera duka berturut-turut. Setelah suaminya meninggal karena penyakit TBC (tuberculosis) pada Maret 1881, ayahnya, Oliver Winchester, menyusul pada 1880.
Sarah jadi janda terkaya di dunia di masa itu. Dia mendapat warisan uang US$20 juta (setara US$507,172.414 pada 2017). “Sarah juga diwarisi 50 persen saham pabrik senjata Winchester dengan pendapatan US$1.000 per hari (setara US$25.359 pada 2017),” ungkap Mary Beth Sammons dan Robert Edwards dalam American Hauntings.
Diusik Kutukan, Diganggu Arwah Penasaran
Sejak menikah dengan anak tunggal keluarga Winchester plus diterpa musibah bertubi-tubi, Sarah merasa kehidupan keluarganya dinaungi kutukan. Mary Jo Ignoffo dalam The Captive of the Labyrinth: Sarah L. Winchester, Heiress to the Rifle Fortune menulis, Sarah sampai mencari bantuan seorang paranormal.
Adam Coons, paranormal asal Boston, menyatakan bahwa keluarga Winchester dikutuk roh-roh dari sejumlah korban yang tewas oleh letusan senapan-senapan Winchester. Coons menyarankan Sarah untuk pindah dan membangun rumah di bagian barat Amerika, untuk tempat tinggal Sarah dan para arwah tersebut.
Dari berbagai rumah yang diseleksinya, Sarah memilih sebuah rumah besar berlantai empat dan lahan berbentuk “L” di San Jose, California milik John Hamm. “Sarah membelinya (seharga) US$12.570 untuk properti rumah dan lahan pertanian seluas 45 hektare. Setelah itu Sarah membaptis rumah barunya dengan nama Llanada Villa,” tulis Ignoffo.
Sarah menghuni rumah itu bersama keponakannya Marian Winchester pada 1886. Lantaran merasa rumahnya kurang megah, Sarah terus-menerus merenovasi rumahnya selama 38 tahun dengan desainnya sendiri. Dia mempekerjakan sejumlah buruh bangunan dan mandor yang bekerja dengan sistem shift nonstop. Jadi, pembangunan terus berjalan selama 24 jam, tujuh hari seminggu, 365 hari setahun hingga 38 tahun berikutnya. Hal itu dilakukan karena paranormal berpesan jika berhenti membangun rumah, dia akan mati.
Rumah itu didesain dengan beragam interior dan perabotan absurd. Sarah yang sangat terobsesi angka 13, mendesain beberapa bagian rumah dengan angka itu. Seperti, jumlah kamar mandi ada 13, jendela-jendela memiliki 13 panel, lampu gantung dengan 13 lilin, 13 anak tangga, dan sebagainya.
Namun, gempa San Francisco berkekuatan 7,9 Skala Richter pada 18 April 1906 menghentikan renovasi rumah itu. Reruntuhan akibat gempa bahkan memerangkap Sarah di salah satu kamar tidurnya selama beberapa jam.
Renovasi yang kembali berjalan pasca gempa membuat rumah itu setinggi tujuh lantai dan memiliki 600-an ruangan. Sarah membangun interior yang kian aneh, seperti tangga-tangga dan pintu-pintu yang tak menuju ruang manapun, kaca atap yang dipasang di lantai, atau ruangan di dalam ruangan. Sarah sengaja membuat rumah itu agar tampak seperti labirin. Hal itu menyebabkan para pelayannya membutuhkan peta denah rumah untuk penunjuk tempat yang harus dibersihkan.
“Semua itu dimaksudkan untuk membuat bingung hantu-hantu yang menggentayangi (Sarah) Winchester. Dia membuat labirin pribadi yang hanya bisa dipahaminya sendiri, di mana dia merasa aman dari roh-roh jahat,” terang Colin Dickey dalam Ghostland: An American History in Haunted Places.
Sebelum meninggal pada 5 September 1922, Sarah menulis surat wasiat sebanyak 13 lembar yang tiap lembarnya dibubuhi tandatangannya. Wasiat itu berisi pembagian harta, perabotan, dan peninggalan properti lainnya.
Sarah tutup usia dalam tidurnya akibat gagal jantung. Jasadnya disandingkan dengan kuburan suami dan putrinya di Evergreen Cemetery, New Haven, Connecticut.
Rumah misteriusnya kemudian dilelang –sesuai wasiat Sarah– dan dibeli penawar tertinggi, John dan Mayme Brown senilai US$135 ribu. Lima bulan pasca Sarah meninggal, rumah itu dijadikan tempat wisata mistis hingga sekarang. Rumah itu terdaftar di US National Register of Historic Places dan California Historical Landmark nomor 868.