Masuk Daftar
My Getplus

Selalu Dikira Tentara Belanda

Dengan postur tubuh mirip orang Belanda, A.E Kawilarang kerap disangka musuh oleh para prajurit yang tak mengenalnya.

Oleh: Hendi Jo | 13 Okt 2017
Kolonel Alex Evert Kawilarang. (Repro Untuk Sang Merah Putih).

Kalapa Nunggal, Cianjur 1947. Hari menjelang siang, ketika seorang penduduk secara tergopoh-gopoh datang ke pos TNI setempat.Kepada Prajurit Satibi, ia lantas melaporkan bahwa di ujung desa dua serdadu Belanda tengah menuju ke arah mereka. Dilapori demikian, tentu Satibi panik. Ia lantas memberitahukan kawan-kawan satu seksinya untuk bersiap di titik-titik strategis.

“Kami tidak menyangka tentara Belanda bisa menemukan posisi kami yang ada di pelosok terpencil,” kenang Satibi (90) kepada Historia.

Setengah jam telah berlalu, namun dua tentara Belanda itu tak juga menampakan batang hidung mereka. Namun baru saja pasukan kecil itu akan beranjak, tiba-tiba di persimpangan jalan muncul dua lelaki berpakaian khaki. Mereka lantas kembali ke posisi semula dan siap akan menembak, jika lelaki itu tak segera berteriak:“Heh kalian itu kenapa? Di sini saya Kawilarang, komandan TNI!” ujarnya.

Advertising
Advertising

Ternyata, orang yang dikira serdadu Belanda itu tak lain adalah Letnan Kolonel Alex Evert Kawilarang, komandan Batalyon Suryakencana Divisi Siliwangi, yang sekilas memang mirip orang Belanda karena memiliki kulit putih dan perawakan tinggi tegap. Kawilarang berperan dalam menggagas pasukan komando yang kemudian menjadi Kopassus.

Baca juga: Hikayat Pasukan Komando Indonesia

Soal disangka sebagai tentara Belanda ini memang kerap dialami lelaki Minahasa itu. Dalam biografinya yang ditulis oleh Ramadhan K.H., Untuk Sang Merah Putih, Kawilarang berkisah bagaimana saat ditugaskan ke Sumatra Utara, penduduk setempat tak jarang langsung ketakutan saat melihat sosoknya. Bahkan dikisahkan, dia pernah ditembaki kawan sendiri saat berpatroli di suatu kawasan hutan.

Di Garut pada 1947, Letnan Muda Soedarja pernah melakukan aksi tutup mulut terhadap Kawilarang. Ceritanya, saat berjaga di suatu kawasan desa, ia dipergoki oleh seorang “tentara Belanda” dan ajudannya. “Dia menanyakan kepada saya: di mana Nasution? Saya mau bertemu dengannya?” kenang lelaki kelahiran Sumedang 91 tahun lalu itu.

Sebagai perwira intelijen yang mengawal Jenderal Mayor A.H. Nasution (Panglima Divisi I Siliwangi), Soedarja tentu saja waswas dengan pertanyaan itu. Alih-alih terus terang, dia malah memilih diam seribu bahasa. Di tengah situasi menegangkan itu, tiba-tiba muncul seorang kapten yang mengenal wajah Kawilarang.

Baca juga: Ketika Yani Akan Menangkap Nasution

“Letnan kenapa tidak cepat langsung mengantarkan Overste Kawilarang kepada panglima?!” ujar kapten itu dalam nada marah.

Namun sebelum Soedarja menjawab, Kawilarang cepat mafhum bahwa dirinya dikira tentara musuh. Dia lantas meredakan amarah sang kapten. “Bukan salah dia Kep, saya tahu dia hanya mau melindungi panglimanya,” ujar Kawilarang.

Sebelum meninggalkannya untuk bertemu Nasution, Soedarja masih ingat, Kawilarang menepuk-nepuk bahunya sambil berkata: “Bagus kamu!”

TAG

TNI

ARTIKEL TERKAIT

Sejarah Prajurit Penyandang Jenderal Kehormatan, dari Sri Sultan hingga Prabowo Subianto Kisah Kaki Prabowo Muda Jenderal-jenderal Madura Arief Amin Dua Kali Turun Pangkat Soeyono Apes Setelah Kudatuli Suluh Dumadi yang Membela Nasution Dianggap PKI, Marsudi Dibui Komandan AURI Pantang Kabur Menghadapi Pasukan Gaib KNIL Pakai Pendeta dan Ulama