ASAL-usul ini mengetengahkan perkembangan peluru, yang diawali dari peluru bulat yang terbuat dari besi, hingga selongsong peluru yang lengkap dengan proyektil, dan ditembakkan dengan senapan otomatis.
Sekira abad ke 10 M, bangsa Cina menemukan bubuk hitam yang bisa meledakkan sesuatu. Kemudian di Arab, orang menembakkan panah dari bambu, diperkuat dengan logam, yang sudah dibubuhi serbuk hitam. Proses perkembangan peluru menemukan momentumnya saat orang menemukan meriam tangan.
Baca juga: Membidik Sejarah Senapan
Abad 15
Sekira abad 15, dengan penemuan senapan arquebus, peluru besi tercipta sebagai amunisinya. Peluru besi ini dibuat untuk mampu menembus baju besi yang digunakan lawan. Peluru yang berbentuk bulat ini belum memiliki sistem aerodinamika yang baik, sehingga keakuratannya menyusut jika objek berada lebih dari 45–69 meter.
Peluru besi ini mengalami kesulitan produksi sebab memerlukan suhu tinggi untuk melelehkannya. Selain itu, peluru besi ini seringkali merusakkan laras senapan. Akurasi tembakan peluru sedikit lebih baik setelah August Kotter, pakar senjata dari Jerman, pada 1520 membuat goresan melingkar dari dalam laras senapan (rifled).
Baca juga: Asal-Usul Pistol
1600
Sulitnya memproduksi peluru besi, orang kemudian beralih mencari logam yang memiliki titik didik rendah. Timah pun dilirik. Prajurit atau pemburu dapat mencetak peluru mereka sendiri hanya dengan ikut dibakar di api unggun saat mereka makan malam. Peluru timah ini sifatnya lebih ringan dan tidak merusak laras senapan. Para prajurit yang berperang di Naseby-Inggris pada 14 Juni 1645, banyak menggunakan senapan laras panjang dengan peluru timah bundar semacam ini.
Baca juga: Menembak Sejarah Pistol Glock
1830
Henry-Gustave Delvigne, perwira tentara Prancis, membuat terobosan bentuk peluru timah, dari yang semula seperti bola menjadi kerucut. Ukurannya juga lebih kecil dari diameter laras. Delvigne mulanya hanya menyederhanakan proses pengisian peluru dengan membuat kamar mesiu lebih kecil dari ukuran laras dan dihubungkan dengan ceruk seukuran diameter bola peluru. Hentakan dari pelantak membuat peluru berubah bentuk menjadi pipih dan tidak aerodinamis.
Dari pengalamannya, Delvigne beralih menggunakan peluru berbentuk kerucut yang ternyata mampu terulir efisien dalam laras tanpa mengurangi efektivitasnya di udara. Ditambah, energi propelan bukan lagi serbuk hitam yang meninggalkan banyak asap ketika ditembakkan, diganti dengan nitroselulosa yang tak berasap banyak.
Baca juga: Benarkah Kalashnikov di Balik Lahirnya AK-47?
1847
Kreasi peluru berbentuk kerucut semakin baik saat Claude-Etienne Minie, perwira tentara Prancis, membuat peluru yang dinamakan peluru minie. Peluru minie memiliki ceruk di bagian bawahnya. Akibatnya, saat mesiu meletus, bagian bawah akan mengembang akibat panas dan akan menyekat energi mesiu secara sempurna sehingga menambah kecepatan dan jarak tembak. Bukan hanya itu, putaran peluru semakin efektif dan akurat.
Dalam peperangan, peluru minie memiliki efek tembakan yang menghancurkan obyek. Dengan kecepatan yang sedemikian besar, peluru minie dapat merusakkan jaringan otot dan tulang, sehingga hanya dapat ditolong dengan cara amputasi.
Baca juga: Senjata dalam Prahara 1965
1882
Permukaan timah pada peluru ditembakkan, ternyata dapat meleleh karena suhu tinggi dan gesekan pada senapan. Eduard Rubin, direktur di Laboratorium Swiss Army, kemudian bereksperimen dan menemukan peluru yang terselubung tembaga. Tembaga, yang keras dan memiliki titik lebur tinggi, tidak meleleh saat ditembakkan dengan kecepaan tinggi. Peluru rancangan Rubin ini digunakan pertama kali oleh senapan model French Mle 1886 Lebel.
Baca juga: Isu Senjata Benny Moerdani untuk Kudeta
1901
Desaleux, dikenal sebagai “Balle D”, seorang perwira di angkatan perang Prancis, mengembangkan peluru yang dikenal dengan spitzer. Kaliber lebih kecil, dan dengan model boat-tail, energi peluru makin besar dengan jangkauan yang jauh pula. Peluru ini digunakan pertama kali untuk senapan French Lebel Model 1886.
Baca juga: Gas Air Mata Awalnya untuk Perang
1970
Pemerintah Inggris mengembangkan peluru karet, utamanya digunakan untuk menghalau pemrotes dari Irlandia Utara. Peluru ini memakai tenaga gas sebagai pelontar. Pada perkembangannya, peluru karet diganti menjadi berbahan plastik (polyvinyl chloride), untuk mengurangi luka serius pada sasaran.*
Tulisan ini telah dimuat di majalah Historia No. 23 Tahun II 2015