Masuk Daftar
My Getplus

Dipancung Jepang di Bulan Ramadan

Tokoh-tokoh pergerakan di Sulawesi Tengah bersama tentara Belanda dipancung Jepang di bulan Ramadan. Difitnah sebagai mata-mata musuh.

Oleh: Hendri F. Isnaeni | 07 Mei 2021
Tentara Belanda menyerah kepada tentara Jepang tahun 1942. (pinterest.com).

Serangan Jepang ke Indonesia tidak mendapatkan perlawanan yang berarti dari tentara Belanda. Hal ini disebabkan rakyat Indonesia tidak memberi bantuan. Bahkan di beberapa tempat, rakyat justru menyerbu tentara KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda). Hanya di beberapa tempat, tentara KNIL memberikan perlawanan sengit kepada Jepang.

"Di Sulawesi Tengah, Letnan Infanteri De Jong dan Van Daalen melakukan perang gerilya serta berhasil membunuh banyak serdadu Jepang," tulis sejarawan M. Adnan Amal dalam Kepulauan Rempah-rempah.

Mereka menewaskan tujuh perwira dan ratusan –sumber lain: 35 sampai 70– tentara Jepang dalam pertempuran di Lembosalenda (Korondoda) pada 7 Juli 1942.

Advertising
Advertising

"Tempat itu merupakan daerah yang paling banyak memakan korban pasukan tentara Jepang sehingga mereka melakukan pembakaran mayat secara besar-besaran," catat Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Sulawesi Tengah, terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Baca juga: Bulan Puasa di Bawah Agresi Militer Belanda

Jepang mendirikan monumen peringatan berbentuk tujuh tugu untuk tujuh perwira yang tewas. Setiap orang yang melewati tempat itu harus memberi hormat dengan membungkuk (seikerei) kepada tujuh tugu itu. Sehingga, tempat itu kemudian dikenal dengan nama seikerei.

Tempat itu dijaga seinendan (barisan pemuda) untuk mengawasi apakah orang yang lewat memberi hormat atau tidak kepada tujuh tugu itu. Apabila ada yang tidak memberi hormat, dia akan dipanggil dan disiksa oleh Jepang.

Setelah pertempuran di Lembosalenda, pasukan De Jong dan Van Daalen bercerai-berai, banyak yang tewas, bahan makanan dan amunisi makin habis. Bantuan makanan dan senjata dari Sekutu melalui udara jatuh ke tangan Jepang. Sebelumnya, Jepang juga menyita kapal Sanoa yang membawa bantuan Sekutu dari Australia.

Baca juga: Pertempuran di Bulan Ramadan

Akhirnya, pada Agustus 1942, Van Daalen tertangkap di Korondoda dan De Jong tertangkap di Era. "Kedua perwira KNIL ini akhirnya menyerah dan dideportasi ke Manado," tulis Adnan. Keduanya dicungkil matanya sebelum dipancung pada 28 Agustus 1942.

Satu-satunya tentara Belanda yang lolos dari penangkapan Jepang adalah Jan Klinkhammer. Dia diselamatkan oleh penduduk setempat di sebuah bukit kecil Majalede di daerah padang luas bernama Pesuaka. Dia selamat sampai Jepang menyerah kepada Sekutu.

Van Daalen ditangkap Jepang bersama Lonsi, kepala kampung Tomata, serta beberapa orang dari Bungku dan Salabangka. Di antara mereka yang ditangkap termasuk tokoh-tokoh pergerakan Merah Putih di Bungku dan Salabangka, yaitu Haji Hasan dan Abdullah Macan, serta kawan-kawannya.

Baca juga: Kado Pemuda untuk Belanda di Bulan Puasa

"Pada September 1942 di depan umum yang sengaja dipanggil Jepang untuk menyaksikan, diadakanlah pemancungan 21 orang tokoh-tokoh pergerakan Merah Putih dicampur dengan bekas orang-orangnya Van Daalen dan De Jong," tulis Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Sulawesi Tengah.

Gerakan Merah Putih didirikan dan dipimpin oleh Nani Wartabone dan Kusno Danaupoyo pada Februari 1942. Gerakan yang berpusat di Gorontalo, Sulawesi Utara ini mengirim utusan-utusan ke pelbagai tempat di Sulawesi Tengah untuk merebut kekuasaan dari tangan Belanda menjelang kedatangan Jepang.

Baca juga: Wali Kota Padang Berpulang di Bulan Ramadan

Setelah tokoh-tokoh pergerakan Merah Putih itu, Sejarah Daerah Sulawesi Tengah mencatat, Raja Tojo Tanjumbulu, pemimpin pemberontakan pada Belanda tahun 1942 di Ampana, bersama guru/mubalig Jamaluddin Datu Tumenggung, tokoh PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia) asal Parigi bernama Abd. Karim (murid HOS Tjokroaminoto), ditambah delapan orang lainnya gugur dipancung Jepang di muka umum pada akhir bulan Ramadan tahun 1942 –awal Ramadan tahun 1942 jatuh pada 12 September.

"Pembunuhan besar-besaran itu akibat fitnah bekas Bestuur Asisten [masa Hindia] Belanda [dan Jepang] di Poso bernama Warouw," sebut buku terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan itu. "Mereka dituduh mata-mata musuh (Sekutu), kaki tangan pemerintah Hindia Belanda, padahal mereka adalah pejuang-pejuang yang ingin memerdekakan bangsa dan wilayahnya dari penjajahan Belanda."

TAG

pendudukan jepang knil sulawesi tengah ramadan puasa

ARTIKEL TERKAIT

Poorwo Soedarmo Sebelum Jadi “Bapak Gizi” Kapten KNIL Jadi Tuan Tanah Citeureup Belanda Tuan Tanah Cisarua Jenderal Belanda Tewas di Lombok Susu Indonesia Kembali ke Zaman Penjajahan Ulah Mahasiswa Kedokteran yang Bikin Jepang Meradang Bos Sawit Tewas di Siantar Mahasiwa yang Menolak Militerisme Jadi Orang Sukses Pelatih Galak dari Lembah Tidar Melihat Tentara Hindia dari Keluarga Jan Halkema-Paikem