SEWAKTU mendarat di Bandara Los Angeles, Bung Karno semringah atas sambutan hangat yang diterimanya. Sejumlah pembesar setempat bersama Dubes AS untuk Indonesia Howard Jones dan Dubes Indonesia untuk AS Mr. Zairin Zain menyongsong kedatangan rombongan Bung Karno. Hati Bung Karno kian bungah ketika seorang gadis cilik yang manis mengalungkan bunga di leher Bung Karno. Si gadis rupanya berdarah Indonesia.
“Dengan rasa penuh kasih, Presiden Sukarno telah membelai gadis cilik Indonesia ini, Ratna Assan, yang telah mengalungkan bunga di leher presiden ketika pemimpin besar Indonesia itu tiba di pelabuhan udara di Los Angeles, California, pada tanggal 20 April,” dilansir harian Suluh Indonesia, 27 April 1961.
Selain agenda pertemuan Bung Karno dengan Presiden John F. Kennedy pada 24 April 1961, sosok Ratna Assan turut mencuri perhatian media dalam kunjungan Bung Karno ke Amerika. Itu karena Ratna dan keluarganya termasuk diaspora Indonesia di Amerika Serikat (AS). Meski berdarah Indonesia tulen, Ratna Assan adalah warga negara AS.
Baca juga: Ketika Sukarno dan Kennedy Berdebat
Lahir dengan nama lengkap Ratna Setyowati Assan pada 16 Desember 1954 di Torance, California, Amerika Serikat, Ratna Assan merupakan putri tunggal Ali Assan dan Soetidjah. Ali Assan berasal dari Gresik, seorang penari yang telah lama menetap di Amerika, sementara Soetidjah lebih dikenal dengan nama panggung Devi Dja.
Di Indonesia, Devi (Dewi) Dja atau Miss Dja cukup popular sebagai penari dan pemain sandiwara kelompok pertunjukan Darnanella pada dekade 1940-an. Setelah pindah ke Amerika, Dja tetap melanjutkan kiprahnya di dunia seni. Dja menari dari panggung ke panggung hingga menjadi koreografer yang tampil dalam film-film produksi Hollywood. Bakat seni dan pengalaman pentas itulah yang diturunkan Dja kepada putri semata wayangnya, Ratna Assan.
Sejak usia tiga setengah tahun, Ratna telah diajari ibunya menari, bernyanyi, dan bermain seni peran. Dewi Dja kerap pula menyertakan Ratna dalam beberapa pertunjukan tari seperti Road to Bali, Road to Marocco, dan Road to Singapore. Ratna berusia enam tahun ketika turut menjadi penyambut rombongan Presiden Sukarno di Los Angeles. Bung Karno sendiri kenal baik dengan Devi Dja yang telah mengukir namanya sebagai aktris seni panggung Indonesia sejak zaman sebelum kemerdekaan. Dja acapkali diminta Bung Karno untuk kembali ke Indonesia, yang selalu ditolak dengan halus oleh Dja.
Baca juga: Ratna Assan, Perempuan Berdarah Indonesia Pertama yang Tampil di Majalah Playboy
“Meskipun Dja bukan seorang pengungsi politik; Sukarno, presiden pertama Republik Indonesia, mengidolakannya dan mendesaknya untuk pulang. Dja selalu menganggap dirinya sebagai duta besar Indonesia di bidang seni,” catat seniman Kanada Jamie James dalam The Glamour of Strangeness: Artist and The Last Age of The Exotic.
Dja pun mendorong Ratna kecil untuk berkesenian di Amerika. Pada usia 7, Ratna mulai melakoni debut profesionalnya. Dalam konser musik di sebuah amfiteater di kawasan Hollywood bernama Hollywood Bowl, Ratna menampilkan tarian tradisional Jawa. Beranjak remaja, Ratna tumbuh menjadi gadis California yang cantik dan periang. Wajahnya juga kerap tampil dalam drama seri Destry to Bonanza di televisi.
Bakat seni mumpuni, paras eksotis, dan fasih bahasa Inggris kemudian memikat rumah produksi Hollywood menggaet Ratna Assan. Colombia Pictures saat itu menggarap film drama Papillon kepincut pada Ratna Assan untuk memainkan karakter utama wanita bernama Zoraima. Dalam Papillon, Ratna beradu peran dengan Steve Mcqueen sang pemeran utama yang juga aktor termahal pada dekade 1970-an. Ketika rilis pada 1973, Papilon mendulang sukses besar sekaligus melambungkan nama Ratna Assan. Ratna yang sewaktu bocah pernah menyambut Bung Karno itu, menjadi artis berdarah Indonesia pertama yang berhasil menembus sinema Hollywood.
Baca juga: Dardanella Menembus Panggung Dunia