SEORANG wanita muda melangkah dengan hati-hati menuju halaman Tower of London pada 13 Februari 1542. Pagi itu menjadi hari terakhir bagi Catherine Howard, istri kelima Raja Inggris Henry VIII. Ia dituntun melintasi halaman dan menaiki undakan menuju tempat hukuman pancung. Sekelompok kecil pelancong berkumpul untuk menyaksikan kematian sang ratu. Setelah kapak diayunkan, kehidupan sang ratu pun berhenti.
Kejayaan Catherine Howard berlangsung singkat dan harus dibayar mahal. Tahun kelahirannya ada beberapa versi, yaitu 1518, 1524, dan 1521. Satu yang pasti di dalam dirinya mengalir darah bangsawan dari dinasti Howard yang memiliki sejarah panjang dengan Kerajaan Inggris. Ayahnya, Lord Edmund, selalu kekurangan uang. Ketika bapak sepuluh anak tersebut harus merantau untuk bekerja, ia mengirim Catherine dan beberapa anaknya ke kediaman Duchess of Norfolk. Di kediaman nenek tirinya itulah Catherine menghabiskan masa mudanya.
Sejarawan Inggris David Loades menulis dalam Catherine Howard: The Adulterous Wife of Henry VIII, di masa mudanya Catherine Howard dilatih membaca dan menulis. Ia juga mampu berbicara bahasa Prancis dengan cukup baik. Catherine mendapat pelajaran etiket dan keahlian-keahlian lain yang dibutuhkan untuk bekerja sebagai pengurus rumah bangsawan. Ia pun belajar memainkan alat musik lute yang mirip dengan kecapi serta virginal dari seorang guru musik bernama Henry Mannox.
Baca juga:
Kisah Pengantin Wanita yang Tak Diinginkan Raja
“Sekitar tahun 1536, Henry Mannox memanfaatkan posisinya sebagai guru musik Catherine untuk mendapatkan apa yang ia inginkan dari muridnya. Layaknya seorang remaja yang tengah beranjak dewasa, Catherine yang ketika itu berusia sekitar 14 tahun, penasaran dengan hubungan orang dewasa sehingga hubungan yang cukup intens terjadi di antara dirinya dengan sang guru. Meski begitu, romansa tersebut tampaknya tak sampai pada hubungan seksual. Hubungan ini kemudian diketahui oleh Duchess Agnes. Namun, ia tidak mengambil langkah yang tegas untuk memberhentikan Mannox, dan sang guru musik itu pun terus mengejar Caherine meski tampaknya tidak terlalu berhasil,” tulis Loades.
Setelah keluarga Catherine pindah ke Lambeth, ia bertemu dengan seorang pemuda tampan, Francis Dereham. Setelah berkenalan, hubungan mereka semakin dekat. Menurut sejarawan Lacey Baldwin Smith dalam A Tudor Tragedy: The Life and Times of Catherine Howard, keduanya menjadi sepasang kekasih, namun tidak diketahui berapa lama hubungan itu berlangsung. Belakangan, ketika skandal besar yang berujung pada kematiannya menyebar setelah ia menikah dengan Raja Henry VIII, Catherine bersikeras bahwa hubungannya dengan Dereham hanya berlangsung selama beberapa bulan, diperkirakan selama musim gugur dan musim dingin tahun 1538.
Hampir semua orang di lingkungan keluarga Duchess of Norfolk mengetahui hubungan Catherine dengan Dereham karena sepasang kekasih itu kerap menunjukkan kasih sayang yang berlebihan. Dereham pun sering mengunjungi Catherine di malam hari.
“Dibakar rasa cemburu, Henry Mannox menulis surat kepada Duchess of Norfolk secara anonim. Ia mengungkap apa yang terjadi di tempat tidur para gadis –di mana Dereham dan rekannya sering datang untuk bermalam– tetapi sang duchess tampaknya tidak mengambil tindakan apapun untuk mencegahnya. Karena Dereham memiliki status sosial yang sepadan dengan keluarganya, ia mungkin menganggap Catherine dan Dereham telah bertunangan,” tulis Loades.
Hubungan asmara mereka berubah pada akhir tahun 1539, ketika Catherine dipilih sebagai pendamping Anne of Cleves, istri keempat Raja Henry VIII, dan Dereham pergi ke Irlandia. Status keduanya tak diketahui secara pasti, namun pekerjaan Catherine membuka kesempatan baginya untuk mengenal lebih dekat sang raja yang kecewa dengan perjodohannya karena penampilan istri barunya tak sesuai dengan lukisan potretnya. Anne yang mengetahui suaminya tertarik dengan Catherine mulai waspada.
Baca juga:
Pekerjaan Aneh yang Diimpikan Bangsawan Kerajaan Inggris
Sejarawan Inggris Elizabeth Norton menulis dalam Anne of Cleves: Henry VIII's Discarded Bride, setelah ketertarikan Henry pada Catherine dan kurangnya perhatian pada ratu tak lagi ditutupi, bangsawan Norfolk dan kelompoknya mulai mengarahkan Catherine bagaimana berperilaku terhadap raja dan kemudian ia, seperti kerabatnya terdahulu Anne Boleyn dan Jane Seymour, bertekad untuk tidak menyerahkan dirinya kepada raja tanpa adanya komitmen untuk menikah. Hal ini tidak mungkin dilakukan pada awal tahun 1540, yang sangat melegakan Anne of Cleves, tetapi Henry terus bersikap seolah-olah ia jatuh cinta pada Catherine.
Setelah lepas dari istri keempatnya, Henry VIII menikahi Catherine pada Juli 1540. Pernikahan itu mulanya membahagiakan Henry VIII. Namun, kebahagian itu tak berlangsung lama. Beberapa saat setelah Catherine diperkenalkan sebagai istri sekaligus ratu Inggris, kabar tidak mengenakan mengenai skandal masa lalu sang ratu terdengar oleh orang kepercayaan Henry.
Henry VIII tak begitu saja percaya dengan kabar tentang masa lalu istrinya. Meski begitu, ia memerintahkan penyelidikan terkait skandal tersebut. Mannox dan Dereham diinterogasi. Mannox mengaku pernah menjalin hubungan dengan Catherine meski tidak pernah melakukan hubungan seksual. Sementara itu, Dereham mengaku telah berhubungan seksual dengan Catherine dan bertunangan secara diam-diam.
“Henry tertegun oleh berita itu... Kesedihannya segera berubah menjadi kemarahan karena ia merasa telah ditipu. Raja segera memerintahkan penahanan dan interogasi terhadap Catherine. Setelah diinterogasi dengan ketat, Catherine mengakui apa yang dikatakan Mannox dan Dereham, meskipun ia selalu menolak untuk mengakui pertunangan dengan Dereham. Pada saat pengakuan ini sampai ke tangan raja, hal ini sudah sangat tidak menguntungkan dan berita yang lebih buruk tentang perilaku Catherine telah terungkap,” tulis Norton.
Sebelum pernikahannya dengan raja, Catherine rupanya jatuh cinta kepada kerabatnya yang masih muda, Thomas Culpeper. Tak lama setelah ia menjadi ratu, Culpeper menulis surat kepada Catherine, memberikannya secara diam-diam ketika mereka berdansa. Dengan bantuan kerabat Catherine, Lady Rochford, pasangan ini bertemu diam-diam di kamar tidur ratu baik di London maupun ketika investigasi skandalnya tengah berlangsung, dengan gelagat yang mencurigakan, Catherine memerintahkan para pengiringnya tidak masuk ke kamar tidurnya kecuali ia memanggil mereka.
Baca juga:
Nasib Tragis Raja Inggris yang Dimakzulkan
“Meskipun Catherine dan Culpeper selalu menyangkal telah melakukan perzinaan, bukti-bukti yang memberatkan mereka cukup kuat dan Catherine dikirim sebagai tahanan ke Syon Abbey. Dereham dan Culpeper dieksekusi sebelum Natal tahun 1541,” tulis Norton.
Catherine mendekam di Syon Abbey selama Natal 1541 sebelum dijatuhi hukuman mati karena pengkhianatan oleh parlemen pada tahun baru. Dengan disahkannya keputusan ini, nasib sang ratu telah ditentukan dan ia dibawa ke Tower of London pada 10 Februari 1542. Pada malam hari tanggal 12 Februari, sehari sebelum ia dieksekusi mati, Catherine meminta dibawakan balok yang akan menjadi tempat kepalanya, sehingga wanita berusia 20-an tahun itu dapat berlatih membaringkan kepalanya. Keesokan paginya, sejumlah anggota parlemen berkumpul di Tower Green dan Catherine dibawa keluar untuk menemui ajalnya.
Seperti kerabatnya, Anne Boleyn, yang lebih dahulu mendapat hukuman pancung karena dituduh melakukan perzinaan ketika masih menikah dengan Henry VIII, Catherine juga mengalami nasib serupa. Baik Catherine maupun Anne Boleyn mati sebagai seorang ratu karena Henry VIII tidak menceraikan mereka. Catherine membaringkan kepalanya di atas balok dan dengan satu kali tebasan kapak, Henry VIII kembali bebas untuk menikah.*