MESKI menghormati dan mengagumi Bung Hatta, Hasjim Ning tak bisa bergaul secara “renyah” dengan pamannya itu. Hubungan keduanya “garing” sebagaimana hubungan anak dengan orangtuanya. Hampir tak ada candaan ketika Hasjim berbincang dengan Bung Hatta.
Meski begitu, Hasjim amat menghormati Bung Hatta sebagai paman sekaligus bapak bangsa. Hubungannya dengan sang paman yang tak bisa seluwes hubungannya dengan Bung Karno dimakluminya karena dia tahu karakter Bung Hatta memang orang yang serius dan teguh memegang prinsip. Keteguhan Bung Hatta dalam memegang prinsip itu bahkan membuat Hasjim mengaguminya. “Jauh di dalam lubuk hatiku, aku mengagumi kekuatan imannya,” kata Hasjim dalam otobiografinya, Pasang Surut Pengusaha Pejuang.
Keteguhan iman Bung Hatta itulah yang membuat Hasjim tak bisa sembarang bicara kepada sang paman, terlebih untuk mengobrolkan soal perempuan. Hasjim tahu betul sang paman “dingin” terhadap perempuan. Itu dibuktikan dengan tidak tergodanya Bung Hatta kepada gadis cantik asal Polandia yang menggodanya. Selain itu, Bung Hatta juga memenuhi janjinya tidak menikah sebelum Indonesia merdeka.
“Bung Hatta sadar apa yang sedang dia prioritaskan,” kata Halida Hatta, putri bungsu Bung Hatta.
Baca juga: Cinta Hatta Bersyarat Merdeka
Sebaliknya, hubungan Hasjim dengan Bung Karno amat “renyah”. Gaya bergaul keduanya sama-sama luwes. Keduanya bisa bersahabat meski terpaut jauh dalam usia. Canda dan derai tawa hampir selalu memenuhi obrolan keduanya. Hampir tak ada rem bagi masing-masing dalam melontarkan kalimat, tak peduli sopan atau tidak.
Kondisi seperti itu terjadi juga ketika keduanya mengobrolkan Bung Hatta usai menghadiri resepsi pernikahan Bung Hatta. “Aku dengan Bung Karno memang usil memperkatakan ‘keperawanan’ Bung Hatta itu,” kata Hasjim. Soal yang satu itu memang santer di kalangan politik bahwa Bung Hatta jauh dari perempuan.
Bung Karno sering menggambarkan bagaimana “dinginnya” Hatta kepada perempuan lewat sebuah kisah ketika di suatu petang Hatta menumpang sebuah angkutan yang berisi dirinya, supir, dan penumpang perempuan cantik di jok belakang. Ketika mobil mereka pecah ban, supir mencari bantuan dalam waktu lama. Begitu kembali, sang supir melihat Hatta sedang mendengkur di kursinya alih-alih menggunakan kesempatan untuk merayu perempuan cantik di kursi belakang.
“Naluri ‘preman’ yang ada padaku mengatakan bahwa Bung Hatta belum pernah bersenggolan dengan perempuan selain hanya bersalaman atau dalam situasi yang tidak sengaja,” sambungnya.
Penilaian Hasjim tidak berangkat dari cerita Bung Karno semata. “Anekdot Bung Hatta dengan perempuan selama belajar di Belanda banyak sekali aku dengar. Misalnya dari Nazir Pamontjak,” kata Hasjim.
Baca juga: Hatta Bikin Pengusaha Hasjim Ning Pening
Anekdot Bung Hatta paling diingat Hasjim adalah yang dikisahkan Makcik Iljas, teman kos Bung Hatta ketika kuliah di Belanda yang asal Kotagedang. Menurutnya, Bung Hatta pernah menegurnya karena sering keluyuran malam untuk mengikuti pesta dansa. “Konsentrasikan pikiranmu dengan membaca buku agar pikiranmu teralih dari perempuan,” kata Hatta sebagaimana ditirukan Iljas.
Iljas akhirnya segan pada Bung Hatta meski teguran itu tetap tak mempan memendam gairah mudanya. Maka demi tidak mengecewakan Hatta, Iljas pun bersiasat. Dia tak lagi keluar malam hingga menjelang tengah malam. Tapi begitu waktunya tiba dan anak-anak kos sudah di kamar masing-masing, Iljas segera menyelemuti guling di atas tempat tidurnya sehingga terlihat seperti orang tidur berselimut. Setelah itu, ia matikan lampu kamar. “Sehingga, kalau Bung Hatta mengontrol, ia akan menyangka Makcik Iljas sudah tidur,” kata Hasjim.
Begitu kamar sudah gelap, Iljas pun keluar lewat jendela. Tak ada orang di dalam rumah yang mengetahuinya keluar.
Kebiasaan lompat jendela itu berjalan mulus hingga suatu ketika Iljas nahas. “Sekali waktu, ketika aku pulang hampir pagi, tentu aku masuk lewat jendela juga, bantal-guling yang aku selimuti sudah berada di atas selimut. Dan di atas bantal terletak sebuah Quran,” kata Iljas.
Meski membingungkannya, Iljas yakin perpindahan posisi selimut dan gulingnya itu hasil perbuatan Hatta. Maka ketika keesokannya mereka bertemu dalam sarapan, Iljas pura-pura tak tahu. Dia hanya mendapati Bung Hatta sesekali mencuri pandang kepadanya. Suasana sunyi itu baru berubah ketika Iljas memancing Bung Hatta dengan pernyataan bahwa dirinya berencana pindah kos.
“Kenapa pindah?” tanya Bung Hatta.
“Ya aku ke Belanda bukan disuruh mengaji,” jawab Iljas untuk menggoda Bung Hatta.
“Tapi juga bukan sebagai pencuri yang keluar-masuk rumah lewat jendela,” kata Bung Hatta yang membuat Iljas kena skakmat.