Masuk Daftar
My Getplus

Ketika Perayaan HUT RI Marak Lagi di Jakarta

Merekam warga Jakarta dalam merayakan hari kemerdekaan Indonesia tahun ini. Antusiasme yang muncul lagi usai hampir dua tahun menghilang.

Oleh: Fernando Randy | 18 Agt 2022
Ekspresi kegembiraan seorang anak usai menjadi juara pada perlombaan 17 Agustus di Cilincing. (Historia/Fernando Randy)

Merayakan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia setiap 17 Agustus sudah menjadi tradisi bangsa Indonesia. Mulai dari melaksanakan upacara, ziarah ke makam para pejuang kemerdekaan dan mengadakan lomba-lomba yang mengundang keramaian umum.  Begitulah hari kemerdekaan dirayakan bangsa ini. Tradisi itu tentu terganggu setelah bulan Maret 2020, ketika pandemi covid 19 melanda bumi Indonesia. Demi mencegah penyebaran virus covid 19, mau tak mau keramaian pun harus dihindari selama lebih dari dua tahun. Bangsa Indonesia pun jadi kehilangan kegembiraannya dalam HUT RI 2020 dan HUT RI 2021 silam.  Rasa kehilangan itu sempat diganti dengan berbagai lomba secara virtual, tentu saja ada rasa yang berbeda di dalamnya.

Sejumlah penari saat menunggu giliran tampil di halaman Munasprok Jakarta. (Historia/Fernando Randy)

Setelah Pandemi berangsur melandai dan pemerintah merestui diadakannya lomba memeriahkan 17 Agustus, meski dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan, maka kemeriahan HUT RI ke-77 saat ini kembali terasa lagi. Termasuk mereka yang merayakannya di Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Mereka menggelar berbagai acara salah satunya adalah sosiodrama dari kelompok Reenactor Bangor. Mereka mementaskan reka ulang peristiwa sejarah kemerdekaan Indonesia bertajuk Gelora Bangsa pada siang 16 Agustus 2022 itu. “Saya merasa dengan reka ulang seperti ini sejarah kita akan lebih mudah dimengerti ya. Terlebih oleh para generasi muda,” ungkap Agung Wibowo (50) yang kebagian peran sebagai tantara KNIL Belanda dalam reka ulang sejarah itu.

Anggota Komunitas Reenactor Bangor mementaskan sosiodrama yang meragakan reka ulang peristiwa kemerdekaan Indonesia yang bertajuk "Gelora Bangsa" di Jakarta. (Historia/Fernando Randy)
Agung Wibowo (50) yang hari itu berperan sebagai KNIL. (Historia/Fernando Randy)

Tak hanya yang seusia Agung, kelompok Reenactor yang muncul sejak 2015 itu ternyata juga punya anggota yang usianya lebih muda daripada Agung. Salah satunya Putri, seorang mahasiswi asal Jakarta yang, yang kebagian peran sebagai Anggota Laskar Wanita Indonesia (Laswi). “Tujuan saya ikut disini untuk memberi tahu kalao belajar sejarah itu lebih seru dengan visual seperti ini. Jadi hal-hal yang susah diingat di buku sejarah bisa lebih nempel dengan begini,” aku Putri. Selain Putri ada Dian Nugraha (21), seorang pria asal Tangerang Selatan yang berperan sebagai Polisi Istimewa. Ternyata Dian punya mimpi seperti kebanyakan rakyat Indonesia. “Saya juga berharap dengan kemerdekaan tahun ini pelayanan publik di negeri ini menjadi lebih baik,” harap Dian. Barang kali kepada Lembaga yang membawahi penerus Polisi Istimewa—yang sudah bermetamorfosis menjadi Brigade Mobil (Brimob)—yakni Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI). Semoga bisa melindungi segenap bangsa Indonesia juga.

Advertising
Advertising
(kiri) Para anggota Reenactor Bangor saat memerankan para pejuang yang gugur. (kanan) Putri mahasiswi yang berperan sebagai Laswi. (Historia/Fernando Randy)
Anggota Komunitas Reenactor Bangor mementaskan sosiodrama yang meragakan reka ulang peristiwa kemerdekaan Indonesia yang bertajuk "Gelora Bangsa" di Jakarta. (Historia/Fernando Randy)
Dian Nugraha (21) yang berperan sebagai seorang polisi istimewa. (Historia/Fernando Randy)
Beragam ekspresi para penonton yang menyaksikan pertunjukan sosiodrama Gelora Bangsa. (Historia/Fernando Randy)
Anggota Komunitas Reenactor Bangor mementaskan sosiodrama yang meragakan reka ulang peristiwa kemerdekaan Indonesia yang bertajuk "Gelora Bangsa" di Jakarta. (Historia/Fernando Randy)

Di luar Museum Perumusan Naskah Proklamasi, tepatnya di Cilincing, Jakarta Utara, semangat merayakan HUT RI pun menyala. Di kawasan yang identik dengan laut, nelayan dan kekumuhan tersebut, anak-anak yang tergabung dalam Kelompok Jurnalis Cilincing (KJC) dengan kuatnya rela melawan panas terik matahari ketika merayakan upacara HUT RI di atas tumpukan kerang hijau. Demi Indonesia yang mereka cintai.

Sejumlah anak dan relawan komunitas Kelas Jurnalis Cilik mengikuti upacara bendera dalam rangka hari ulang tahun (HUT) ke-77 Indonesia di pesisir Cilincing. (Historia/Fernando Randy)

“Ya menurut saya perayaan 17 Agustus itu bukan hanya milik orang-orang di tengah kota saja tapi anak-anak pesisir seperti mereka juga berhak merayakannya, berhak mengibarkan bendera merah putih disini pinggir laut. Jangan lupa nenek moyang kita kan seorang pelaut juga,” pesan Ahmad Tri (24) selaku ketua KJC. Usai upacara dibawah terik matahari itu mereka masih kuat meramaikan perlombaan seperti makan kerupuk, kelereng dan tebak lagu nasional. Dimana menang kalah sudah bukan persoalan penting dalam lomba-lomba. Kegembiraan dan kemeriahan 17 Agustusan seperti jauh diatas segalanya.

Sejumlah anak dan relawan komunitas Kelas Jurnalis Cilik mengikuti upacara bendera dalam rangka hari ulang tahun (HUT) ke-77 Republik Indonesia di pesisir Cilincing. (Historia/Fernando Randy)
Sejumlah anak dari komunitas Kelas Jurnalis Cilik mengikuti berbagai lomba di pesisir Cilincing. (Historia/Fernando Randy)
Suasana pesisir laut di Cilincing Jakarta Utara. (Historia/Fernando Randy)
Sejumlah anak dari Kelas Jurnalis Cilik mengikuti lomba makan kerupuk di pesisir Cilincing. (Historia/Fernando Randy)
Seorang warga saat menyaksikan upacara bendara dari anak anak Kelas Jurnalis Cilik di Jakarta Utara. (Historia/Fernando Randy)
Seorang anak dari Kelas Jurnalis Cilik saat mengibarkan bendera Merah Putih di pinggir laut Cilincing. (Historia/Fernando Randy) 

 

TAG

17 agustus galeri foto foto cerita jakarta utara sejarah sejarah jakarta kemerdekaan indonesia

ARTIKEL TERKAIT

Cerita Presiden RI dan Mobil Mercy-nya Tanujiwa Pendiri Cipinang dan Bogor Mengungkap Lokasi Pertempuran al-Qadisiyyah Insiden Perobekan Bendera di Bandung yang Terlupakan Rawamangun Bermula dari Kampung Sepi Menggerakkan Ideologi Kebangsaan dari Bandung Dari Manggulai hingga Marandang Sambil Berhaji Menimba Ilmu Gunung Semeru, Gisius, dan Harem di Ranupane Di Sekitar Lagu "Bangun Pemudi Pemuda"