Masuk Daftar
My Getplus

Tuan Tanah Cakung Indo-Priangan

Keponakan gubernur jenderal ini lahir dari ibu seorang Sunda. Menjadi tuan tanah berkat usaha pertanian.

Oleh: Petrik Matanasi | 14 Nov 2024
Gubernur Jenderal GAGP Baron van der Capellen, paman Adolph Robertson yang menjadi tuan tanah Cakung. (Rijksmuseum/Wikipedia.org)

NAIKNYA Godert Alexander Gerard Philip Baron van der Capellen menjadi gubernur jenderal Hindia Belanda (1819-1826) membawa “berkah” bagi saudara laki-lakinya yang bernama Robert Lieve Jasper van der Capellen. Robert dijadikan ajudan sang gubernur jenderal, yang merupakan orangnya Louis Banaparte, adik Napoleon Bonaparte.

“Berharap untuk mengekang pengaruh elite kolonial lama, Gubernur Jenderal van der Capellen mungkin mengelilingi dirinya dengan pegawai negeri sipil baru yang setia. Bisa dibilang, saudaranya adalah salah satu dari orang-orang ini,” tulis Caroline Drieenhuizen dan Martijn van der Burg dalam “Tracing the Colonial Careers of Two Former Napoleonic Officials: Godert van der Capellen and Bernard Besier”, termuat di From the Napoleonic Empire to the Age of Empire: Empire After the Emperor.

Ketika Robert dijadikan ajudan, pangkatnya dinaikkan dari kapten menjadi mayor. Posisi Robert tak berhenti di ajudan, pada 1820 Robert bahkan diangkat menjadi residen Pariangan.

Advertising
Advertising

Baca juga: Isaac de Saint-Martin, Tuan Tanah Pengumpul Naskah

Robert tinggal di Cianjur. Ia berkawan dekat dengan Bupati Bandung Wiranatakusumah.

“Dalam salah satu kunjungannya ia dikenalkan dengan Nyi Raden Saripah, salah satu anggota keluarga bupati. Ibunya adalah putri dari kakek bupati saat itu. Bupati menawarinya sebagai pendamping Robert,” tulis Connie van der Capellen dalam Familjen van der Capellens öden och äventyr 1300-1860.

Robert menerima tawaran itu. Orang Belanda di Hindia Belanda banyak yang hidup bersama perempuan pribumi, terutama yang tak sanggup mendatangkan perempuan dari negerinya. Robert hanya salah satunya.

Dari Saripah, Robert mendapatkan seorang anak laki-laki yang lahir pada 24 Januari 1825. Anak itu diadopsi Robert pada 22 Desember 1825 dan dinamai Adolph Robertson.

Baca juga: Kapitan Melayu dan Kisah di Balik Nama Cawang

Adolph tentu sulit diterima masyarakat. Baik orang pribumi maupun Belanda tulen di Hindia Belanda kala itu masih belum “menerima” kehadiran orang berdarah campuran.

Ketika Robert pulang ke Belanda, dia menitipkan Adolph kepada Auguste Schenk, istri Frans Valck, di Karawang. Robert menitipkan uang sebesar 6.000 gulden kepada Auguste untuk membesarkan Adolph.

Dalam asuhan Auguste itulah Adolph bertumbuh hingga dewasa. Koran Java Bode tanggal 5 Januari 1889 memberitakan Adolph pernah bekerja menjadi juru tulis dan punya hak memakai nama belakang van der Capellen seperti ayahnya. Dengan begitu, Adolph secara hukum dianggap seperti orang Belanda kebanyakan meski ada darah Sunda dari ibunya.

Baca juga: Depok, Tanah Warisan Saudagar VOC

Adolph kemudian beralih profesi menjadi seorang partikelir dengan usaha di sektor pertanian. De Javaasch Courant tanggal 24 Juli 1866 menyebut dia mengelola tanah di Rawabangke pada 1866. Padahal, apa yang dilakukan Adolph merupakan hal “terlarang” di masa pamannya berkuasa. Gubernur Jenderal Baron van der Calepellen, menurut Jan Breman dalam Keuntungan Kolonial dari Kerja Paksa, amat mencegah pertanian swasta di daerah koloni Hindia Belanda.

Namun, zaman Gubernur Jenderal Baron van der Capellen telah lama berlalu. Banyak peraturan di eranya telah berubah. Dari pertanian itulah Adolph hidup dan terus berkembang. Buku Regerings Almanak van Nederlandsch Indië voor het Jaar 1867 menyebut Adolph memiliki tanah luas di Cakung, Pondok Kelapa, dan Duren Sawit. Cakung waktu itu adalah daerah penghasil padi, sementara Pondok Kelapa menjadi daerah penghasil kelapa. Di masa sebelum sawit populer itu kelapa adalah sumber minyak goreng.

Baca juga: Rawamangun Bermula dari Kampung Sepi

Di tanah yang dikuasai Adolph sejak 10 April 1862 itu kemudian dibangun pabrik penggilingan padi di Pulo Kambang, Cakung. Koran Batavaasche Handelsblad tanggal 19 April 1862 menyebut Adolph dianggap telah melakukan perbaikan bagi kemakmuran penduduk di lahannya.

Adolph kemudian menikahi Elisa Remisa (1825-1902). Dari pernikahan itu, keduanya dikaruniai banyak anak: Woltherus Robert van der Capellen, Adolf Levinus van der Capellen, Adolphine van der Capellen, Abrahamina van der Capellen, Robert Lieve Jasper van der Capellen, dan Frans Gerardus van der Capellen. Menurut buku De Navorscher. Een middel tot gedachtenwisseling en letterkundig verkeer tuschen allen, die iets weten, iets te vragen habben of iets kunnen oplossen Volumes 83-84, Adolph dan Elisa kemudian tinggal di Depok hingga tutup usia.*

TAG

perkebunan

ARTIKEL TERKAIT

Bos Perkebunan Diculik TKR Pisang Asal Jawa Dibutuhkan Australia Bos Sawit Tewas di Siantar Susahnya Bisnis Karet di Zaman Gerombolan Desa Bayu Lebih Seram dari Desa Penari Polonia, Tanah Tuan Kebun Polandia di Medan Cara Kolonial Bangun IKN Helvetia, Tanah Tuan Kebun Swiss di Medan 28 Januari 1939: Ordonansi Kontrak Kopra di Manado Kala Perempuan Memberi Pelajaran Tuan Perkebunan