Merambah Kekayaan Alam di Bumi Papua

Pemerintah Indonesia baru meneliti kekayaan alam di bumi Papua pada 1962, setelah wilayah itu masuk ke dalam kekuasaan Republik. Sementara itu, Belanda sudah jauh lebih dulu melakukannya. Lantas, siapa yang menikmatinya?

Oleh: Martin Sitompul | 16 Jan 2025
Merambah Kekayaan Alam di Bumi Papua
Pegunungan Grasberg yang menjadi lokasi penambangan PT Freeport di Papua. Sumber: Kementerian ESDM/Wiki Commons.

TANAH Papua dikenal dengan potensi kekayaan alamnya yang luar biasa. Mulai dari keanekaragaman hayati hingga kandungan mineral tersedia melimpah di pulau ujung timur Indonesia ini. Kandungan emas di Papua disebut-sebut sebagai yang terbesar. Perusahaan pertambangan multinasional asal Amerika, PT Freeport Indonesia (PTFI), sudah mengeksploitasinya lebih dari setengah abad.

Namun, eksplorasi kekayaan alam di Papua baru dilakukan pemerintah Indonesia pada 1962. Belanda sudah jauh lebih dulu memetakan kekayaan alam di Papua. Sejak 1935, Belanda telah mengusahakan eksplorasi minyak di Sorong melalui perusahaan swasta Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM).

Selain minyak bumi, Belanda juga telah menyadari kandungan biji tambang berupa nikel dan tembaga dengan konsentrasi tinggi tersebar di pegunungan tengah Papua. Penelusuran tentang sumber daya mineral tersebut dilaporkan oleh Jan Pieter Karel van Eechoud, kepala residen Papua periode 1949—1950. Van Eechoud mencatat laporanya dalam nota bertajuk “Nota inzake de economische toekomst van Nieuw-Guinea” (Nota mengenai masa depan ekonomi Papua).

Advertising
Advertising

“Perembukan mengenai menambang mineral hampir seluruhnya melalui Den Haag, sedangkan diskusi-diskusi tentang pengambilan kayu dan perikanan pada umumnya mengikutsertakan juga gubernemen Hollandia,” ungkap sejarawan cum arsiparis Belanda Pieter Drooglever dalam Tindakan Pilihan Bebas: Orang Papua dan Penentuan Nasib Sendiri.

Baca juga: Mendulang Sejarah Tambang Nusantara

Menurut Bondan Kanumoyoso, sejarawan Universitas Indonesia, Belanda sejatinya telah memetakan sumber mineral yang terkandung di bumi Papua. Identifikasi kekayaan alam itu tertuang dalam arsip laporan penelitian geologi di Papua maupun arsip film documenter. Seperti di Pegunungan Grasberg, disebutkan kaya sekali kandungan mineral yang terbukti benar. Selain emas, terkandung pula uranium yang bernilai tinggi.

“Ini yang menyebabkan negara-negara asing sangat berkeinginan untuk campur tangan di Papua dalam isu-isu masalah Papua,” kata Bondan.

Kendati sudah memetakan lebih dulu, keuntungan yang diperoleh Belanda dari sumber daya alam di Papua belum begitu signifikan. Hingga Papua diserahkan kepada Indonesia, menurut laporan Report on Netherlands New Guinea for the Year 1961, neraca ekonomi Belanda di Papua mengalami defisit dari tahun ke tahun. Sepanjang 1950—1961, Belanda lebih banyak membelanjakan uang untuk pembangunan Papua ketimbang penerimaan dari ekspor hasil alam.

Baca juga: Menyoal Papua dan Utang Warisan Belanda

Setelah Perjanjian New York pada 15 Agustus 1962, wilayah Papua masuk ke dalam Republik Indonesia. Belanda angkat kaki sesudah sekian lama bercokol. Giliran Indonesia yang menilik kekayaan alam di Papua. Presiden Sukarno memberi instruksi kepada Departemen Perindustrian Dasar dan Pertambangan (Depardatam) untuk menjalankan kegiatan-kegiatan di penelitian di Papua. Instruksi itu sehubungan dengan pelaksanaan pembangunan semesta berencana di Papua yang masih disebut Irian Barat.

Saat itu,data-data mengenai bahan galian di Papua masih sangat terbatas. Atau setidaknya, Belanda menutup informasi soal itu kepada pihak luar, termasuk Indonesia. Untuk itulah, Depardatam harus mengadakan penyelidikan lapangan terlebih dulu sebelum memulai pembangunan secara masif. Dari situlah kemudian diperoleh data-data persebaran kekayaan alam di Papua.

Temuan Deperdatam berjudul “Kekayaan Bumi di Irian Barat,” itu kemudian dipublikasikan dalam Merdeka, 10 September 1962. Dari laporan tersebut, minyak dan gas bumi kabarnya terdapat di Semenanjung Doberai dan Bonerai. Jazirah kawasan ini disebut juga “Semenanjung Kepala Burung”. Sementara itu, batu bara terdapat di 12 tempat, antara lain di Merauke, Horna (Teluk Bintuni), Pulau Salawati, dan Klasaman (Sorong). Bijih besi terdapat di Distrik Waris.

Baca juga: Papua dan Ambisi Presiden Pertama

Bijih sulfida diketemukan di Manokwari, antara lain di Wasirawi, Warmare dan dan Waramoi. Emas dan perak berbentuk batuan andesit terdapat di Waiturida, Pegunungan Amberbaken. Diperkirakan kedua jenis bijih tambang untuk logam mulia tersebut sama dengan yang terdapat di Cikotok, Jawa Barat. Adapun nikel, kobalt, dan platina terdapat di Kepulauan Raja Ampat dan Pegunungan Cyclop. Selain itu, tanah Papua juga mengandung mineral radio aktif yang kemungkinan berhubungan dengan uranium di Australia Utara.

“Di samping bahan-bahan galian yang tersebut itu, masih ada lagi bahan-bahan galian lainnya yang terdapat di Irian Barat seperti tembaga, seng, mangan, marmer, dan lain-lain yang hanya akan diketahui dengan pasti setelah pengetahuan kita mengenai geloogi dan geografi di irian Barat bertambah,” lansir Merdeka.

Satu dekade berselang, eksploitasi kekayaan alam mulai berlangsung di Papua. Bukan oleh pemerintah Indonesia, melainkan Freeport Sulphur, perusahaan pertambangan terkemuka asal Amerika. Pengerukan Freeport di perut bumi Papua bertepatan dengan peresmian Kota Tembagapura sebagai lokasi pertambangan tembaga. Presiden Soeharto memimpin langsung peresmian kota tembaga tersebut pada 1973. Namun, belakangan ditemukan cadangan emas dalam jumlah fantastis di Pegunungan Grasberg hingga digadang sebagai pertambangan emas terbesar di dunia. Sampai sekarang, Freeport masih terus merambah kekayaan alam di bumi Papua.

Baca juga: Menguak Sisi Lain Freeport

TAG

papua freeportindonesia pertambangan

ARTIKEL TERKAIT

Anak Tiri Kawan RA Kartini dapat Nikel di Kolaka Akibat Bantuan untuk Penduduk Papua Dikorupsi Demi Minyak Hindia Sekilas Riwayat Minyak di Sanga-sanga Datu Adil, Raja Tarakan yang Melawan Belanda Orang Tionghoa di Tambang Timah dan Emas Eksploitasi Hutan Ugal-ugalan Sejak Orde Baru Kisah Mantan Pilot John F. Kennedy Perebutan yang Menghancurkan Timah dan Tuan Besar