Kisah Pilu Pangeran yang Ditipu
Cara kotor seorang pastor sengsarakan putra Mahkota Kerajaan Timor dan Solor. Hendak dimuliakan di Makau, tapi malah berakhir tragis di Prancis.
KETIKA hendak berangkat ke Makau untuk melaksanakan komuni pertama, Putra Mahkota Pascal Balthazar Celse dibekali ayahnya, Raja Timor dan Solor bernama Gaspar Balthazar, dengan banyak harta. Kapal Portugis yang akan ditumpanginya dipenuhi dengan emas, perhiasan, batu-batu mulia, pakaian, dan barang-barang berharga lain.
Putra kesayangan raja itu juga disertai 30 budak yang diikutsertakan oleh ayahnya untuk melayani segala keperluannya. Yang terpenting, Balthazar didampingi guru spiritualnya (precepteur) yang seorang Dominikan berkebangsaan Portugis, Pastor Ignatius.
Pastor Ignatius merupakan orang yang membujuk raja untuk mengirim putranya ke Makau supaya komuni diselenggarakan dengan megah. Dia terus meyakinkan Raja Gaspar bahwa hal itu akan menguntungkan kerajaannya.
Dari catatan Anne Lombard-Jourdan yang dimuat dalam Archipel, Balthazar lahir di Animata pada 1738. Itu berarti, ketika pergi bersama Pastor Ignatius, Balthazar berusia kurang dari 10 tahun. Meski seorang pangeran, Balthazar yang masih anak-anak tak punya kuasa atas perjalanannya ke Makau. Pastor Ignatiuslah yang mengatur segalanya.
Ketika sampai di Makau, rombongan menetap di bruderan Dominikan selama lima bulan. Saat itulah Pastor Ignatius menyalahgunakan kekuasaannya dengan menjual semua budak. Dia lalu membeli bermacam barang yang bisa didagangkan di Eropa.
Dari Makau, pastor bersama pangeran menumpang kapal Prancis Duc de Bethuene yang dipimpin Kapten de la Chaise yang bekerja untuk Kongsi Dagang Prancis di Hindia. Pangeran bocah itu dengan mudah dibohongi oleh pastor. Selain diperintahkan untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian budak, Balthazar juga dilarang membuka identitasnya. Pastor itu menakut-nakuti Balthazar dengan mengatakan bahwa orang-orang Prancis menjelajahi lautan untuk menculik raja-raja dari negara jauh. Pangeran yang ketakutan itu pun menuruti semua perkataan pastor.
Setelah mengarungi lautan lebih dari 9 bulan, Duc de Bethune tiba di Pelabuhan Lorient, Prancis pada 13 Juli 1750. Bernard Dorleans dalam Orang Indonesia dan Orang Prancis menceritakan bahwa Pastor Ignatius kabur dengan berpura-pura menyiapkan upacara penyambutan bagi Balthazar.
Setelah tiga hari menunggu di kapal dan si pastor tak kunjung kembali, Balthazar khawatir. Dia menanyakan kabar si pastor kepada kapten kapal namun kapten tak bisa menjawabnya meskipun tahu bahwa si pastor penipu tidak akan kembali lagi.
“Pendidik palsu ini pandai mengelabui dengan sifatnya yang luwes, dan kebanggan yang terlalu dibuat-buat terhadap kawan sebangsanya. Ia seorang yang cekatan, menyenangkan, dan penuh perhatian, mahir bermuslihat, dan mampu bertindak sangat licik,” tulis seorang pengacara Prancis Andre Lethinois dalam “Permohonan kepada Raja”.
Seorang juru masak kapal yang merasa iba kepada Pangeran Balthazar kemudian mengasuhnya di Saint-Malo. Balthazar tinggal di sana selama tujuh tahun. Dari si koki, Balthazar belajar bertahan hidup di Prancis dengan mempelajari bahasa dan masakannya.
Ketika si koki meninggal, Balthazar pergi dan bekerja sebagai juru masak di kapal Alexander Agung yang berangkat ke Kanada. Upah dari pekerjaannya sebagai koki dia gunakan untuk berlayar ke Prancis. Di Paris, dia berkenalan dengan seorang perempuan bangsawan bernama de Castellane yang mengenalkannya pada de Sainte Catherine dan mau memberinya tumpangan sampai ke Tiongkok. Namun nahas, pada hari keberangkatan kapal, Balthazar terlambat datang dan kapal sudah berlayar. Dia gagal kembali ke negerinya.
Setahun berikutnya, dia mengirimkan surat kepada duta besar Belanda dan Portugal untuk meminta bantuan agar menyampaikan kabar tentang keberadaan dirinya di Prancis kepada sang ayah. Balthazar menunggu selama empat tahun di Lorient dan tidak mendapatkan kabar apapun. Dia lalu berusaha kembali ke negaranya dengan berbagai cara hingga akhirnya para bangsawan Prancis mau membantunya.
Namun setelah mendapat dukungan dari para bangsawan Prancis, Balthazar membatalkan kepulangannya. Dia khawatir kepergiannya selama 18 tahun membuat orang tidak mengenalinya dan tidak menyambut baik kedatangannya. Belum lagi, selama 18 tahun tinggal di Prancis dia telah menumpuk banyak utang kepada para bangsawan.
Balthazar kemudian tinggal bersama dokter kerajaan, Chevalier di Rue de Bourbon, dan mendapat sedikit bantuan dari Raja Louis XV. Namun, bantuan Raja Louis dan para bangsawan berhenti ketika mereka sadar pangeran tidak bisa melakukan apapun untuk menguntungkan mereka.
Dengan utang yang semakin menumpuk dan bantuan dari para bangsawan yang terhenti, kesehatan Balthazar semakin menurun. Harapan terakhirnya hanya pada lelaki tua pembuat keramik di Paris, Charles Preaux. Pak tua Preaux membantunya dengan memberi tempat tinggal dan makanan secara cuma-cuma. Pada April 1774, Balthazar meninggal karena sakit. Setelah lebih dari 20 tahun melanglang buana dengan penuh kesialan dan keberuntungan, dia tidak pernah lagi melihat negeri dan keluarganya.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar