1960
Situasi mencekam dirasakan oleh Letnan Dua (KKo) Kahpi Soeriadiredja, saat dia dan dua peleton pasukan KKo-AL dari Detasemen Pendarat (DETAP) memasuki kawasan Gunung Wian, sebuah bukit kecil di Tatelu, Minahasa Utara. Tiap kaki melangkah, selalu saja para prajurit KKo-AL mendapat gangguan, baik tembakan dari regu musuh maupun tembakan bidik dari para sniper gerilyawan Permesta.